Pakar Sebut Saat Ini Momentum Bangun Ketahanan Pangan Secara Berkelanjutan

Membangun ketahanan pangan secara berkelanjutan baru digagas para pemangku kepentingan disaat dunia mengalami krisis, namun hal itu menjadi momentum Indonesia

Budi Arista Romadhoni
Kamis, 06 Oktober 2022 | 13:56 WIB
Pakar Sebut Saat Ini Momentum Bangun Ketahanan Pangan Secara Berkelanjutan
Ilustrasi pertanian. Membangun ketahanan pangan secara berkelanjutan baru digagas para pemangku kepentingan disaat dunia mengalami krisis, namun hal itu menjadi momentum Indonesia. (pixabay)

"Ketika kita memanfaatkan seluruh sumber daya alam yang kita miliki, mengambil nilai ekonomi dari sumber daya tersebut khususnya untuk kebutuhan pangan, kita tidak boleh melupakan kelestarian lingkungan hidup," tegasnya.

Menurut dia, beberapa praktik produksi pangan di sejumlah wilayah Indonesia ada yang mulai tidak lagi memerhatikan kelestarian lingkungan hidup seperti teknik budi daya tanaman sayuran di dataran tinggi yang belum atau bahkan tidak mempertimbangkan keberlanjutan sumber daya yang dimiliki.

Teknik-teknik budi daya yang tidak konservatif itu perlu mendapat perhatian karena telah mengakibatkan terjadinya erosi, pendangkalan di waduk atau bendungan, dan tanah timbul di wilayah-wilayah selatan Jawa Tengah.

"Sebaliknya kawan-kawan yang concern dengan konservasi lingkungan hidup juga harus sadar bahwa lingkungan hidup itu memang juga disiapkan untuk produksi pangan dan nilai ekonomi," ujarnya.

Baca Juga:Pupuk Subsidi Sulit Diakses Masyarakat, Mentan SYL: Tidak Dikurangi tapi Dipertajam Sesuai Prioritas

Ia mengaku kurang sepakat kalau karena konservasi lingkungan hidup itu kemudian mengalahkan atau menghilangkan arti sumber daya sebagai aset untuk produksi pangan.

Artinya, kata dia, harus ada keseimbangan antara dua sisi yang berseberangan, yakni antara produksi pangan dan keberlanjutan tersebut tidak lain juga demi anak cucu pada masa-masa yang akan datang.

Selain teknik budi daya,penggunaan bahan-bahan kimia seperti pestisida dan pupuk yang harus lebih dikendalikan agar tidak semakin merusak lingkungan.

"Bisa jadi negara yang subur makmur dan memiliki keanekaragaman hayati yang tumbuh saat ini, maka 50 tahun yang akan datang kalau tidak ada konservasi akan terjadi kebalikannya, menjadi malapetaka bagi anak cucu kita," kata Prof Totok. 

Baca Juga:Diguyur Hujan Semalaman, Ratusan Hektar Lahan Pertanian di Bantul Terendam Banjir

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini