Cegah Kasus Gagal Ginjal Akut, Orang Tua Disarankan Pantau Kondisi Urine pada Anak

Kasus gagal ginjal akut menjadi perhatian masyarakat. Pencegahan secara dini pun harus dilakukan oleh orang tua, salah satu memantau urine pada anak

Budi Arista Romadhoni
Kamis, 27 Oktober 2022 | 06:55 WIB
Cegah Kasus Gagal Ginjal Akut, Orang Tua Disarankan Pantau Kondisi Urine pada Anak
Ilustrasi anak pipis. Kasus gagal ginjal akut menjadi perhatian masyarakat. Pencegahan secara dini pun harus dilakukan oleh orang tua, salah satunya memantau urine pada anak. (Shutterstock)

SuaraJawaTengah.id - Kasus gagal ginjal akut menjadi perhatian masyarakat. Pencegahan secara dini pun harus dilakukan oleh orang tua, salah satunya memantau urine pada anak. 

Dokter spesialis anak dr. Novi Handayani, M.Si.Med, Sp.A menyarankan agar orang tua memantau kondisi urine atau frekuensi buang air kecil pada anak untuk mencegah gangguan ginjal akut progresif atipikal (GGAPA).

"Apa yang perlu dilakukan yang di rumah, yang bisa kita pantau apa? Kita harus lihat jumlah buang air kecil anak," kata dokter Novi dikutip dari ANTARA Rabu (26/10/2022)

Novi mengatakan pemantauan kondisi urine pada anak dapat orang tua lakukan berdasarkan panduan dari buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), termasuk kriteria warna urine yang normal hingga frekuensi buang air kecil yang normal.

Baca Juga:Anggota DPR Minta Pemerintah Tingkatkan Sosialisasi Obat Sirop Anak: Jangan Sampai Timbuk Kepanikan

Dia menjelaskan pada anak biasanya normal buang air kecil sebanyak lebih dari enam kali dalam sehari atau setiap 4-6 jam sekali. Jika anak menggunakan pampers, Novi menyarankan agar orang tua mengecek kondisi pampers setiap empat jam sekali.

Apabila produksi urine anak mengalami penurunan, Novi mendorong orang tua untuk membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat seperti Puskesmas atau rumah sakit tipe C. Namun jika anak tidak mengeluarkan urine sama sekali, orang tua segera bawa anak ke rumah sakit tipe B atau A.

"Kalau curiga seperti itu segera dibawa ke faskes terdekat. Jadi jangan tunggu sampai anak itu kondisinya berat," katanya.

Novi menegaskan orang tua harus mengetahui kewaspadaan dini kapan sebaiknya anak dibawa ke rumah sakit sehingga penanganan tidak terlambat.

Selain penurunan volume urine, dia menjelaskan biasanya pasien gangguan ginjal akut progresif atipikal mengalami gejala demam, gejala infeksi saluran napas akut seperti batuk dan pilek, atau gejala infeksi saluran cerna seperti diare dan muntah. Selain itu, pasien juga tidak memiliki kelainan ginjal sebelumnya.

Baca Juga:Gubernur Ridwan Kamil akan Bentuk Satgas untuk Tangani Gangguan Gagal Ginjal Akut

"Kondisinya itu memburuk tiba-tiba disertai dengan adanya penurunan kesadaran. Kadang-kadang anaknya biasanya ceria, kok, dia cenderung tidur atau jadi malas main, tidak aktif. Ini orang tua harus mulai hati-hati," kata Novi.

Dia mengimbau agar orang tua tidak memberikan obat sirop kepada anak untuk sementara waktu terutama obat-obatan yang saat ini masih dalam tahap penyelidikan oleh pemerintah. Mengingat hal tersebut, Novi mendorong orang tua untuk melakukan perawatan kompres air hangat terlebih dahulu apabila anak demam dan tidak memberikan obat tanpa resep dari faskes.

"Memang kita perlu waspada (terhadap gangguan ginjal akut progresif atipikal), tapi jangan juga terlalu cemas berlebih. Yang penting sekarang kita tahu bagaimana tanda kegawatan, kapan harus dibawa ke rumah sakit," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini