Berkat EWS Tenaga Hybird, Tambak Aming di Kampung Laut Cilacap Kini Selamat dari Luapan Banjir Rob

Kawasan yang ada di Cilacap ini sebagian besar adalah rawa-rawa. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani tambak.

Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 28 Oktober 2022 | 10:07 WIB
Berkat EWS Tenaga Hybird, Tambak Aming di Kampung Laut Cilacap Kini Selamat dari Luapan Banjir Rob
Muhammad Jamal, membersihkan solar panel tenaga surya yang digunakan untuk mengaliri listrik warga Dusun Bondan, Desa Ujungalang, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, Jumat (14/10/2022). Suara.com/Anang Firmansyah

Asa untuk memaksimalkan hasil panen tambak udang muncul dua tahun belakangan. Kehadiran alat Early Warning System (EWS) untuk deteksi banjir yang terpasang di dusun tersebut sedikit banyak berhasil menurunkan angka kerugian bagi para petani tambak.

"Dengan adanya EWS jadi bisa tahu bakal ada banjir rob besar. Jadi kita bisa antisipasi apa saja yang bisa kita perbuat untuk menyelamatkan barang-barang," kata pria berambut ikal ini.

Sifat banjir rob tidak langsung datang menerjang bagaikan banjir bandang. Permukaan air mencapai batas maksimal butuh waktu dua jam lebih. Jadi masih ada waktu bagi Aming untuk menyiapkan tambak agar tidak jebol.

"Saya biasanya meninggikan tanggul kalau alat itu sudah bunyi. Lumayan, rentang waktunya cukup agar tambak saya tidak luber. Jadi ikannya tidak pada lepas ke sungai," aku Aming.

Baca Juga:9 Anak Jadi Korban Pelecehan Seksual Guru Ngaji di Cilacap

Dengan adanya alat EWS ini, Aming saat ini bisa memperkirakan kapan waktunya untuk bergerak menyelamatkan tambak. Barang elektronik yang ada di rumahnya juga bisa selamat dari banjir rob setinggi 50 cm yang datang pada periode tertentu.

Selain sangat dibutuhkan untuk warga masyarakat Dusun Bondan, perawatan alat EWS ini juga dibuat ramah lingkungan. Karena bersumber dari Pembangkit Listrik Tenaga Hybird (PLTH) bantuan PT Kilang Pertamina Internasional Unit Cilacap melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).

Muhamad Jamaludin warga setempat yang juga dipercaya sebagai pengelola PLTH dan alat EWS ini menjelaskan sejak adanya para pendatang yang hidup di sini puluhan tahun lalu, Dusun Bondan belum pernah sekalipun teraliri listrik. Letak geografis menjadi kendala utama.

Oleh sebabnya untuk pengoperasian alat elektronik, warga setempat murni memanfaatkan tenaga surya melalui PLTH sejak tahun 2017. Pengoperasiannya perpaduan antara panel surya dengan kincir angin.

"Program PLTH sudah dari tahun 2017. Tahap pertama itu terdapat 14 titik kincir angin, kemudian di tahun 2018 dikembangkan jadi daya besar. Sekarang dayanya sudah 12 ribu wattpik," katanya.

Baca Juga:Video Viral Jembatan Adipala Cilacap Ambruk, BPBD: Hoax!

Terdapat sedikitnya 70 Kepala Keluarga dengan kisaran 220 jiwa yang hidup mengandalkan alat ini karena memang semuanya terdampak.

Sedangkan untuk pengembangan alat EWS dimulai dari tahun 2020 lalu. Sebelum itu banyak warga yang rugi karena tambak miliknya jebol diterjang banjir rob.

"Banjir di sini kita bilang rob laut. Ketinggiannya mencapai 50 cm di dalam rumah dan jalanan. Selama adanya alat ini dari tahun 2020 alat ini sudah berfungsi dua kali kejadian banjir yang sangat tinggi. Karena ini di settingnya dengan ketinggian air yang maksimal," ungkap Jamal.

Cakupan suara yang dihasilkan alat EWS ini mencapai radius 3 km dari titik terpasang. Cukup untuk menjangkau seluruh permukiman Dusun Bondan. Terlebih jika banjir mulai datang. Karena suara sirine lebih menggema.

"Ketinggian waring dari dasar tanggul itu 120 cm. Pokoknya ketika banjir ikan sudah aman. Yang penting tanggul jangan jebol. Jadi walaupun air naik ke atas tanggul, ikan aman cuma muter-muter aja tidak kabur ke kali," tuturnya.

Banjir rob di wilayah Dusun Bondan maksimal durasinya 2 jam. Kemudian air akan kembali surut. Biasanya berulang sampai empat hari berturut-turut. Waktunya tergantung kondisi. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak