SuaraJawaTengah.id - "Kuda Pustaka teka, Kuda Pustaka teka, yee (kuda pustaka datang, kuda pustaka datang," sambut riuh gembira anak-anak SD N 2 Serang, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Senin (16/1/2023) pukul 09.00 WIB. Tiba-tiba raut muka puluhan anak SD berubah pada saat jam istirahat.
Sudah ratusan kali sejak akhir tahun 2014 anak-anak di SD setempat menikmati fasilitas perpustakaan gratis yang disediakan Ridwan Sururi melalui kuda pustaka. Dari zaman Luna sampai saat ini Jermanis (nama kuda) yang digunakan Ruri (sapaan Ridwan Sururi) untuk operasional kuda pustaka.
Meski rutinitas nirlaba yang dilakukan Ruri sudah berlangsung selama satu windu lebih, ia mengaku tidak pernah merasa bosan. Apalagi jika melihat senyum sumringah anak-anak ketika tiba di setiap sekolah yang ia kunjungi.
"Dari awal sampai sekarang itu ya masih tetap senang saja. Kalau lihat anak-anak bersemangat meminjam buku, semangat saya bertambah berkali lipat," kata pria bertopi koboy ini.
Baca Juga:Rumah Mualaf Pertama di Banyumas Raya Didirikan di Purbalingga
Setelah berjalan sewindu lebih, ada yang berubah dari penampilannya. Kini ia berambut gondrong. Tak ada maksud khusus, ia hanya ingin bernostalgia saat duduk di pelaminan beberapa dekade silam.
Selebihnya tidak ada yang berubah. Ia tetaplah bapak beranak empat yang ramah dan sederhana. Setelah melewati satu windu, kuda pustaka sempat mengalami pasang surut.
Terlebih saat pandemi, senyum ceria dari anak yang dilihatnya setiap pagi untuk sementara sirna. Dua tahun aktifitasnya sempat terhenti.
Kegiatan belajar mengajar secara daring, turut serta meliburkan Jermanis bertugas memanggul buku ke sekolahan.
"Paling pas pandemi ya ada satu-dua anak yang datang kerumah buat pinjam buku. Tapi ya berasa sedih banget. Soalnya tidak bisa beroperasi (kuda pustaka)," terangnya.
Baca Juga:Pertama Kali, Persibangga Purbalingga Ikut Piala Suratin U-15
Namun pada awal tahun 2022, harapan itu muncul kembali. Setelah kegiatan belajar kembali dimulai, topi koboy yang mangkrak di atas tumpukan buku selama dua tahun kembali ikut bertugas menghalau panas sekaligus ciri khas dari kuda pustaka.
Satu tahun sebelum rehat karena pandemi, tepatnya di tahun 2019 menjadi awal titik balik ia beroperasi. Karena keinginannya memiliki mobil agar mempersingkat waktu setelah adanya mobil bak terbuka untuk mengangkut kuda dan buku menuju sekolah berhasil terwujud.
"Untuk mengejar waktu sekarang pakai mobil. Kalau sudah dekat dengan sekolahan baru saya parkir dan angkut pakai kuda. Dari tahun 2019 hasil kerjasama dengan lembaga sosial Amerika yang kantor perwakilannya ada di Sidoarjo. Pertama itu saya rasan, terus sana respon positif jadi saya dibantu beli mobil bekas," jelasnya.
Adanya mobil tersebut tidak mengubah esensi kuda pustaka. Karena jarak yang ditempuh tiap sekolah terhitung jauh jika dilakukan dengan jalan kaki seperti awal mula ia beroperasi.
Ciri khas kuda pustaka tidak mungkin ia lepaskan. Hanya saja saat ini, terlebih dahulu diangkut menggunakan mobil operasional.
"Setiap hari sebelum jalan kuda pustaka saya harus cari rumput dahulu untuk kasih makan. Biasanya saya berangkat jam 5 pagi selesai jam 7. Kalau tidak ada kendaraan waktu dan tenaga saya sudah habis di jalan," terangnya.