SuaraJawaTengah.id - Kasus pembunuhan berantai yang dilakukan oleh tersangka Slamet Tohari (ST) atau Dukun Slamet terus bergulir. Usai pemakaman 9 korban, ST kembali didatangkan ke tempat dimana para korban dikubur yakni TKP kebun.
"Saya tunggu sampai mati dulu baru saya kubur. Kalau belum mati, saya tidak berani kubur," ungkap ST didampingi pihak Kepolisian saat jumpa pers di TKP ladang, Selasa (4/4/2023).
Dalam mengeksekusi korbannya, ST melakukan seorang diri. Dengan cara korban disuruh ke rumahnya kemudian diajak ke ladang dan dikasih minuman beracun.
"Jadi dia sendiri. Korban dari rumah diajak kesini (TKP ladang) dalam rangka ritual untuk menggandakan uang. Sehingga korban mau dan sampai sini dikasih minum yang sudah berisi racun potasium dan obat penenang," jelasnya.
Saat menuju kebun, ST belum membuat lubang untuk mengubur korban. Slamet menunggu sampai korban meninggal barulah ia menggali lubang.
"Pada saat kesini itu lubang belum ada. Ketika sudah mati baru menggali lubang," kata Hendri.
ST menambahkan, dirinnya mengajak korban menuju TKP sekitar jam 16.00 WIB sore dan menguburnya pada jam 19.30 WIB malam.
"Setengah 8 malam (membunuh). Jadi berangkat dari rumah jam 4 sore sampai sini masih terang jadi nggak curiga. Ritualnya cuma ngobrol terus udah agak malam disuruh minum," tambah ST.
Ia mengatakan, usai meminum racun, korban tidak bisa meminta tolong. Hanya butuh waktu kurang lebih 5 menit, nyawa korban akan hilang usai menenggak potasium.
"Orangnya tidak sempat bilang apa apa (berteriak minta tolong). Intinya habis minum langsung muntah sedikit terus sekitar 5 menit dia sudah tidak terasa apa-apa," sambungnya.
Mendengar pengakuannya di hadapan media, ST semakin tampak seperti tak punya hati nurani. Ia bahkan melakukan kejahatan hingga berulang kali.
Di lokasi kejadian, Slamet diminta untuk menyebutkan nama setiap lubang bekas para korban dikubur olehnya. Namun, dia mengaku tak ingat nama-namanya dengan alasan lupa.
Ia hanya mengingat nama korban yang belum lama ia habisi. Salah satu namanya yaitu PO warga Sukabumi. Sementara 9 korban lainnya yang baru saja disemayamkan dengan layak, ia sudah tak ingat lagi.
Kapolres Banjarnegara, AKBP Hendri Yulianto mengatakan, ST terakhir melakukan pembunuhan pada tanggal 23 Maret 2023. Sedangkan aksi biadabnya sudah dilakukan sejak tahun 2020.
"Dari pengakuannya, aksinya ini dimulai tahun 2020. Jarak waktu (eksekusi) mayat per mayat sudah tidak ingat. Terakhir yang tanggal 23 Maret berarti sudah dua mingguan, itu yang paling terakhir," jelasnya.
Kontributor : Citra Ningsih