Kasus Mbah Slamet Habisi Belasan Korban, Bukti Pola Pikir Masyarakat Belum Bertransformasi

Fenomena penipuan berkedok penggandaan uang berujung pembunuhan menjadi sorotan

Budi Arista Romadhoni
Kamis, 06 April 2023 | 04:34 WIB
Kasus Mbah Slamet Habisi Belasan Korban, Bukti Pola Pikir Masyarakat Belum Bertransformasi
Area kebun yang dijadikan lokasi ‘ritual’ saat ST menghabisi nyawa para korban.[suara.com/Citra Ningsih]

Kasus penipuan berujung kematian juga belum lama ini terjadi pada kasus Wowon CS. Selain pola pikir yang belum berubah, ditambah keahlian komunikasi persuasif dari jaringan membuat masyarakat makin terjerat.

"Hal ini didukung dari komunikasi informal. Jadi lewat jaringan dukun yang juga sudah bisa meyakinkan," tuturnya.

Sehingga, jangankan masyarakat menengah kebawah, kalangan eli politik dan ekonomi bahkan birokrasi samnpai saat ini masih percaya dengan praktik supranatural. 

"Misal untuk menduduki jabatan tertentu harus ke dukun atau ke tempat angker. Nah dari elit saja masih begitu apalagi kelas menengah kebawah," sambungnya.

Baca Juga:Gila! Dipersiapkan dengan Matang, Mbah Slamet Sang Dukun Maut Habisi 12 Orang Tanpa Kekerasan

Terlebih, lanjutnya, jika masyarakat pada situasi tidak menentu dan ketidakpastian itu biasanya akan berubah ke arah teologis dan metafisik. Apalagi jika diikuti rasa tidak pernah puas dan perilaku hedon, maka faktor pendorong kearah menyimpang akan lebih besar.

"Bisa jadi memenuhi kebutuhan dan situasi ekonomi yang tidak pasti. Jika cara berfikir tidak serakah dan hedon tidak sampai kearah situ. Kemudian ditambah kuatnya jaringan untuk membuat tertarik korban. Maka faktor eksternal (keluarga yang menasehati) akan kalah," tegasnya.

Pola pikir terhadap keyakinan magis yang saat ini masih mengakar, menurutnya sebagai relevansi bisa dengan edukasi informal. Menurut Masrukin, edukasi informal bisa kebih efektif daripada formal.

"saat ini lebih pada ke edukasi dalam sistem pendidikan informal. Jadi bukan hanya pendidikan perguruan tinggi dan sebagainya, tapi bisa melalui dari informal misalnya edukasi mulut ke mulut, saya rasa itu lebih efektif," terangnya.

Kaus ini pada akhirnya menjadi tanggng jawab dari pihak pendidikan dan penegak hukum. "Ya shock terapi. Sebab hal ini secara ilmu tidak masuk akal dan secara hukum itu salah," jelasnya.

Baca Juga:5 Fakta Mulyadi, Korban Dukun Pengganda Uang Mbah Slamet: Setahun Menghilang

Selain pada pola pikir, ia juga menemukan fakta tentang kecanggihan metode jaringan si Dukun. Hingga pada akhirnya banyak korban yang termakan umpannya dan terjerat pada kail.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak