SuaraJawaTengah.id - Raut wajah Eni Susilawati nampak sumringah ketika duduk beserta buah hatinya di pelataran balai Rukun Warga (RW) 15 Kelurahan Tanjungmas, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang.
Eni begitu dia disapa selalu menantikan kegiatan "Jumat Berkah". Pasalnya dia akan mendapatkan makanan bergizi dari Posyandu Cempaka.
Makanan bergizi tersebut bukan untuk dikonsumsi Eni. Melainkan untuk putrinya. Sebab putri Eni dikategorikan anak stunting oleh petugas kesehatan setempat.
"Mungkin karena disini sering rob. Anak saya mudah demam. Pernah dua kali terserang penyakit Demam Berdarah," katahya saat ditemui SuaraJawaTengah.id, Jumat (16/6/2023).
Baca Juga:Menu Makanan Sederhana Cegah Stunting Pada Anak
Kendati berat badan sang buah hati tidak naik secara signifikan. Eni merasa cukup terkesima dengan upaya Posyandu Cempaka menurunkan stunting.
"Setiap bulan naiknya itu kisaran 1-2 ons. Kegiatan Jumat Berkah sangat bermanfaat. Ibu RW sering ngasih edukasi soal pemberian makanan-makanan yang sehat pada anak," tuturnya.
Yanti yang duduk disebelah Eni turut ikut menimpali. Menurutnya, faktor utama banyaknya anak-anak di Kelurahan Tanjungmas stunting karena banjir rob.
Dalam seminggu banjir rob bisa menggenangi perkampungannya selama empat hari. Akibatnya, anak-anak terpaksa berdiam diri di rumah.
"Padahal tumbuh kembang anak salah satunya bermain di luar seperti bersepeda. Pas banjir rob dibiarkan main di luar resikonya anak mudah sakit," keluhnya.
Baca Juga:Anggarannya Habis Buat Rapat dan Kegiatan Tak Jelas, Ini 5 Fakta Stunting di Indonesia
Masalah stunting di wilayah pesisir utara Kota Semarang telah lama jadi perhatian. Pada tahun 2021, Kelurahan Tanjungmas bahkan terpilih menjadi pilot project Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk menekan angka stunting.
Program PMT pada anak-anak stunting di Kelurahan Tanjungmas bisa dikatakan cukup berhasil. Di RW 15 saja, tahun 2021 terdapat data 15 anak stunting. Selang dua tahun, angkanya menurun hingga tinggal 9 anak saja.
"Empat bulan kita mengadakan Jumat Berkah bisa menekan angka stunting," kata Ketua Posyandu Cempaka, Sri Wahyuni.
Sri Wahyuni tak kenal lelah mengedukasi ibu-ibu di kampungnya untuk memperhatikan pola makan anaknya. Terutama pemberian protein dan lemak.
"Orang luar sering heran kok Tambaklorok sebagai penghasil ikan, tapi masih banyak stunting? Kadang orang tua nelayan disini langsung menjual hasil tangkapannya ke pasar," tutur perempuan yang akrab disapa Yuni tersebut.
"Lalu kita edukasi, tolong ikan-ikannya untuk makam anak dulu. Sisanya baru dijual ke pasar. Daripada uang hasil penjualan beli tahu tempe. Mending makan ikan protein hewaninya bagus untuk anak," jelasnya lagi.
Di program Jumat Berkah, menu makanan sehat yang dibagikan setiap minggunya berbeda-beda. Dia juga memberikan sayuran segar secara cuma-cuma kepada ibu-ibu.
"Hari ini bubur, sayur bening bayam, telur asin, kudapan dari susu, keju, kacang almond. Sedangkan sayuran kita nanam sendiri tanpa pestisida," tutur Yuni.
Penuh Perjuangan
Menekan angka stunting ternyata bukan perkara mudah. Apalagi kondisi medan di Kelurahan Tanjungmas yang sering banjir rob tentu jadi tantangan tersendiri.
Motor mogok cukup sering jadi kendala bagi Suntiah kader Posyandu Cempaka ketika dirinya menerobos air rob untuk mengantar PMT.
"Saya ngantar PMT tiga kali dalam sejari. Tidak peduli hujan deras, air rob tinggi tetap saya terjang. Karena itu telah jadi kewajiban yang harus saya lakukan," terang Suntiah.
"Motor dua kali rusak, bayaran sebagai kader posyandu memang tidak sebanding dengan biaya perbaikan motor yang saya keluarkan maupun dengan perjuangan saya," tambahnya.
Kendati begitu, Suntiah tidak terlalu mempersoalkan hal itu. Dirinya sudah ikhlas mengabdi untuk menekan angka stunting di Kelurahan Tanjungmas.
Meski berhasil menurunkan angka stunting, Suntiah justru pesimis perkampungannya maupun daerah-daerah di tanah air sangat sulit terbebas dari stunting.
"Saya kaget ketika melihat seorang ibu seusia saya masih punya balita. Terlalu muda, sering melahirkan, dan usia ibu terlalu tua ketika mengandung juga kan berpotensi anaknya stunting," beber Suntiah.
Menurut Suntiah, stunting bukanlah suatu penyakit yang apabila diberi obat langsung sembuh. Persoalan stunting menurutnya perlu digalahkan secara serius kepada kalangan remaja-remaja yang belum menikah.
"Harus ada sikap gotong royong semua pihak. Edukasi stunting harus gencar menyasar ke remaja-remaja yang belum menikah. Orang tua harus beranggapan kalau anak itu aset. Dengan begitu mereka akan memberikan pola asuh yang terbaik," pungkas Suntiah.
Kontributor: Ikhsan