"Bisa dibilang selama belasan tahun Tuk Moedal jadi sumber mata air yang menghidupi warga Semarang," celetuknya.
Setiap tanggal satu suro di dekat Tuk Moedal warga beserta pegawai PDAM sering mengadakan acara selamatan. Hal itu sebagai bentuk syukur mereka, karena wilayah Sumurejo diberi air yang melimpah.
"Tapi dua tahun terakhir ini acara selamatan udah nggak ada. Pegawai PDAM yang lama banyak dipindahkan ke daerah lain," ungkapnya.
Saksi Pertempuran Lima Hari Semarang
Baca Juga:Langsung Tunjukan di Laga Perdana PSIS Semarang, Carlos Fortes Tak Ingin Jadi Pesakitan Lagi
Menurut Rozak, air yang mengalir di Tuk Moedal sempat diisukan diracun Tentara Jepang dan jadi pemicu meletupya peristiwa lima hari di Semarang.
"Dulu kabarnya warga Semarang mau dibunuh lewat racun yang dialirkan lewat sumber air Tuk Moedal," tukasnya.
Sedangkan menurut pemerhati sejarah, Johanes Cristiono, mengatakan kalau Tuk Moedal tidak pernah disinggung dalam buku-buku sejarah pertempuran lima hari di Semarang.
"Yang sering disinggung itu tandon di Siranda. Waktu itu hanya tersiar kabar tandon Siranda dirancuni. Sebenarnya isu itu tidak ada. Kalau pun ada, warga setempat sudah ada korban meninggal. Itu hanya kabar burung," kata Johanes ketika dihubungi lewat saluran telpon, Rabu (5/7).
Johanes mengatakan pemicu pertempuran lima hari di Semarang lantaran Dokter Kariadi dibunuh tentara Jepang saat hendak mengecek air di tandong Siranda apakah ada racun atau tidak.
Kebetulan saat itu Dokter Kariadi bertugas dan bertanggungjawab sebagai Kepala Laboratorium Malaria di RS Pusat Rumah Sakit Rakyat (Purusara) Semarang.