Tapi warung ini sebenarnya mudah ditebak kalau pemiliknya orang Madura. Penataan barang-barang dirak yang rapih sekaligus ada tulisan buka 24 jam mempertegas kalau pemilik warung tersebut adalah orang Madura.
Meski tidak tau sejak kapan orang-orang Madura mendirikan warung kelontong. Sahid mengaku sudah bertahun-tahun menjadi penjaga warung kelontong Madura.
"Tujuh tahun lalu yang masih ikut bapak yang punya warung Madura di Jakarta. Kalau di Semarang ini baru beberapa bulan ikut saudara," kata seorang penjaga warung Sahid.
Selain buka 24 jam dan penataan yang rapih. Perbedaan warung kelontong Madura sama warung sembako milik warga lokal adanya pom bensin mini.
Baca Juga:Dituduh Diving Saat Lawan Madura United, Taisei Marukawa Mencak-mencak: Please VAR In Indonesia!
Walaupun di samping kanan-kirinya dikepung dan berdekatan dengan Indomaret maupun Alfamart. Sahid sama sekali tidak merasa cemas tidak ada pembeli.
"Malam sama pagi kita ramai. Misal jam 2 malam masih ada orang yang beli rokok dan bensin. Paginya kalau ibu-ibu habis belanja ke pasar, kurangnya beli disini," papar lelaki 23 tahun tersebut.
Sahid menjelaskan kebanyakkan yang menjadi penjaga warung kelontong Madura masih punya ikatan keluarga dengan pemilik. Hal itu karena orang-orang Madura belum terlalu percaya kalau warungnya dijaga oleh orang lain.
Disinggung terkait laba bersih, warung milik saudaranya ini rata-rata dalam sebulan bisa dapat Rp4 jutaan. Sedangkan warung milik ayahnya di Jakarta bisa meraup untung diatas Rp5 jutaan.
"Yang bikin warung kelontong ini bertahan karena orang Madura rajin-rajin buka 24 jam. Toko sembako lain mana ada, minimarket juga hanya sedikit yang berani buka 24 jam," pungkasnya.
Baca Juga:Madura United FC Diliburkan Usai Tragedi Kanjuruhan yang Menewaskan 131 Orang
Kontributor : Ikhsan