Banyak filosofi di dalam gagasan tersebut yaitu, pemanfaatan pertanian perkotaan, mengapresiasi nasi goreng yang terkenal hingga ke luar negeri, hingga menggerakkan ibu-ibu untuk kembali memasak di dapur seiring mudahnya memesan makanan lewat aplikasi daring.
Termasuk lewat lomba nasi goreng, selain menjadi upaya mengentaskan angka stunting juga bisa meningkatkan kerukunan dan kekompakan antarwarga. Namun program itu sempat mendapat menuai kontroversi dari nitizen di media sosial, khususnya di Kota Semarang. Karena program tersebut dinilai kurang populis.