"Pas lebaran atau ada dendam lama para remaja sekitar jembatan mengadakan pertemuan untuk tawuran. Ya, maklum emosional remaja kan nggak stabil," ucapnya.
"Bahkan (pernah tawuran) pakai senjata segala seperti bawa bambu, kayu," tambahnya.
Sewaktu Kampung Barutikung tidak kondusif. Nato sempat kepikiran untuk pindah rumah. Sebab dia khawatir dengan masa depan anaknya.
"Kalau ada tawuran biasanya ada warga yang nabuh tiang listrik teng, teng, teng. Saya keluar, oh ada orang tukaran," bebernya.
Baca Juga:Ini Alasan Bangunan Peninggalan Masa Kolonial Belanda Sangat Kuat, Bahkan hingga 100 Tahun Lebih
Namun, seiring berjalannya waktu dan masifnya program pembinaan remaja oleh RT setempat. Barutikung berubah menjadi daerah yang lebih ramah dan aman.
"Anak-anak kalau sesekali mau cekcok di kampung pasti sudah malu sama orang tua mereka," ungkapnya.
Faktor lainnya yang menjadikan barutikung lebih kondusif yakni sudah banyak orang yang dikenal "gali" hijrah ke kampung lain.
"Belakangan tahun ini juga orang yang disebut gali atau apa sudah banyak yang hijrah atau pindah ke daerah Mijen, Sendang Mulyo dan lain-lainnya. Terus terkadang mereka sudah malu takut berefek buruk pada anaknya," tandasnya.
Kontributor : Ikhsan
Baca Juga:Ini Prakiraan Cuaca di Kota Semarang pada Jumat 15 Desember 2023