Politisi PDI Perjuangan Keberatan Jika Kepala Negara Diperbolehkan Memihak Capres dan Cawapres

Politisi PDI Perjuangan Aria Bima keberatan jika seorang Presiden dan Wakil Presiden tidak netral pada pemilu 2024

Budi Arista Romadhoni
Kamis, 25 Januari 2024 | 08:19 WIB
Politisi PDI Perjuangan Keberatan Jika Kepala Negara Diperbolehkan Memihak Capres dan Cawapres
Direktur Program Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin, Aria Bima. (Suara.com/Stephanus Aranditio)

SuaraJawaTengah.id - Politisi PDI Perjuangan Aria Bima keberatan jika seorang Presiden dan Wakil Presiden tidak netral pada pemilu 2024.

Legislator DPR RI itu menyebut presiden tidak bisa memihak salah satu pasangan calon presiden dan calon wakil presiden karena kepala negara harus berdiri di atas semua kelompok dan golongan.

"Ya kan beliau kepala negara, jadi nggak hanya kepala pemerintahan," kata Aria Bima dikutip dari ANTARA pada Kamis (25/1/2024). 

Ia mengatakan dengan menjadi kepala negara artinya Jokowi juga menjadi presiden seluruh pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang mengikuti kontestasi Pemilihan Presiden 2024.

Baca Juga:Debat Pilpres Keempat, AMKI Sebut Gibran akan Tonjolkan Peran Sentral Koperasi dalam Swasembada Pangan

"Ya presidennya Pak Ganjar, Pak Mahfud dan presidennya Pak Anies dan Cak Imin. Jadi bukan hanya presidennya Pak Prabowo dan Gibran," katanya.

Oleh karena itu, menurut dia sesuai dengan konstitusi artinya Presiden Jokowi harus melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.

"Artinya berdiri di atas semua kelompok dan golongan," katanya.

Meski demikian, ia enggan menilai perlu atau tidaknya pernyataan tersebut terlontar dari Presiden Jokowi.

"Saya tidak bisa berkomentar. Hanya saya sampaikan tumpah darah Indonesia yang artinya ya berdiri di atas semua kelompok dan golongan termasuk kelompok di dalam kita berkumpul dan berpolitik," katanya.

Baca Juga:Libatkan Anak di bawah Umur untuk Kampanye, Caleg di Purworejo Ditetapkan Sebagai Tersangka

Sementara itu, pada kegiatan tersebut disampaikan kepada para peserta yang merupakan paroki se-Kota Solo bahwa tahun politik merupakan keniscayaan setiap lima tahunan.

"Saya cenderung menipiskan perbedaan, ini hanya sebagai teman bermain. Saya ping-pong kan butuh teman bermain, saya badminton kan butuh teman bermain," kata politisi PDIP ini.

Ia mengatakan perbedaan berpolitik dan perbedaan pemilihan capres-cawapres merupakan yang hal yang lumrah.

"Tidak perlu ada permusuhan, kami ingin biar perbedaan ini sebagai bagian dari pilihan yang memberikan harapan," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak