Film Dokumenter 'Pilihan' Diputar Perdana di KBRI Singapura, Ceritakan Jebakan Terorisme di Media Sosial

Pesan itu disampaikan pada film dokumenter bertajuk 'Pilihan' karya perdana dari Ruangmigran resmi diputar. Film ini berdurasi 21 menit 46 detik

Budi Arista Romadhoni
Senin, 26 Februari 2024 | 12:25 WIB
Film Dokumenter 'Pilihan' Diputar Perdana di KBRI Singapura, Ceritakan Jebakan Terorisme di Media Sosial
(Kiri ke kanan) Sutradara film Pilihan Ridho Dwi Ristiyanto, Produser Ani Ema Susanti dan Eksekutif Direktur Noor Huda Ismail berbicara di depan ratusan PMI di KBRI Singapura, Minggu (25/2/2024) siang. [Istimewa]

SuaraJawaTengah.id - Pesan itu disampaikan pada film dokumenter bertajuk 'Pilihan' karya perdana dari Ruangmigran resmi diputar. Film ini berdurasi 21 menit 46 detik. Produsernya Ani Ema Susanti juga merupakan mantan PMI di Hong Kong.

Pada filim itu menceritakan perempuan Pekerja Migran Indonesia (PMI) dihadapkan pada berbagai kondisi batin yang bisa mengubah nasibnya ke depan. Jika salah langkah, mereka bisa tergelincir hingga terjerat kasus hukum. Terorisme salah satunya.

Tidak hanya itu, di era digital saat ini, di mana media sosial jadi makanan sehari-hari, sangat mempengaruhi kehidupan PMI di negeri seberang. Keputusan kecil menentukan arah hidup mereka selanjutnya.

Film itu diputar pertama di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Singapura, pada Minggu (25/2/2024) siang waktu setempat.

Baca Juga:Dibawa dari Lampung, Polda Jateng Gagalkan Peredaran 52 Kg Sabu-sabu di Sragen

Noor Huda Ismail jadi Eksekutif Direktur di film itu. Ada sekira 250 orang PMI yang hadir menonton dan berdiskusi tentang film itu.

“Jujur saya sekarang masih minder kalau ngomongin dulu pernah jadi pekerja migran, yang saya rasakan, saya itu rendah diri. Kenapa? Karena di keluarga besar saya nganggep, saya pergi ke luar negeri ke Hong Kong itu bekerja tidak layaknya orang pada umumnya bekerja,” kata Ani Ema produser yang juga jadi karakter di film itu dikutip dari keterangan tertulis pada Senin (26/2/2024). 

Stigma negatif sosok perempuan PMI mengganggu Ani. “Saya (dianggap) dapat gaji tinggi karena saya jual diri. Itu beneran membuat harga diri saya, mental saya, beneran jatuh gitu. Dan itu lama, proses menjadi normal, menjadi manusia yang sediakala itu lama,” sambung perempuan asli Jombang, Jawa Timur, tersebut.

Namun demikian, Ani tetap bertekad melanjutkan pilihannya. Dia ingin nantinya setelah pulang ke Indonesia, bisa hidup lebih nyaman dengan taraf ekonomi yang naik.

Akhirnya Ani memutuskan kuliah, membangun relasi baru, belajar perfilman. Dari awalnya masih minder untuk presentasi film, akhirnya saat ini beberapa film telah dibuatnya. Dia juga menjadi pemenang Piala Citra (FFI) tahun 2011 untuk film dokumenter terbaik berjudul “Donor ASI”.

Baca Juga:Suhu Udara di Jawa Tengah Memanas, Ternyata Ini Penyebabnya

Dia juga senang ketika beberapa kali kembali ke Hong Kong melihat teman-temannya PMI sudah berkuliah online.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini