Kisah Nurma, Pejuang UMKM Binaan BRI Pasarkan Minuman Jahe hingga ke Luar Negeri

Nurma merupakan Warga Kota Semarang, kini menjadi pelaku UMKM yang bernama Jahe Instan Isna Makmur

Budi Arista Romadhoni
Kamis, 07 Maret 2024 | 14:25 WIB
Kisah Nurma, Pejuang UMKM Binaan BRI Pasarkan Minuman Jahe hingga ke Luar Negeri
Pelaku UMKM Produk Jahe Instan Isna Makmur, Nurma Afanti. [Suara.com/Budi Arista Romadhoni]

SuaraJawaTengah.id - Menjadi istri Aparatur Sipil Negara (ASN) tak membuat Nurma Afanti diam dan menunggu gaji suaminya datang setiap bulan.

Nurma yang merupakan Warga Kota Semarang itu pun kini menjadi pelaku UMKM yang bernama Jahe Instan Isna Makmur.

Ia menceritakan awal mula mendirikan usaha minumah kesehatan yang berada di Jalan Rumpun diponegoro 6, Banyumanik, kota semarang.

Nurma mengatakan, gaji almarhum suaminya yang berprofesi sebagai dosen atau pegawai negeri tak cukup untuk membiayai kehidupan rumah tangganya.

Baca Juga:Perjalanan Bukit 'Brown Canyon Semarang' dari Wisata Instagramable Kini Jadi Kolam Renang

Untuk memenuhi kebutuhan itu, Nurma pun sempat membuka usaha kuliner yaitu catering.

"Istri pegawai negeri enggak mungkin anak saya bisa sarjana, maka saya membuat usaha. Awalnya catering, kemudian banyak saingan, kemudian kita beralih ke Jahe jamu ini," ujarnya saat ditemui Suara.com pada Rabu (6/3/2024).

Momen usahanya melejit adalah saat pandemi Covid-19 lalu. Ia kebanjiran order dari seluruh daerah di Indonesia.

"Saat corona, wa itu saya kebanjiran pesanan, irian, bali pada minta jahe semua," ujarnya.

Diusianya yang sudah 59 tahun dan ditinggal suaminya meninggal dunia, Nurma tak pantang menyerah mengembangkan usaha jahenya tersebut.

Baca Juga:Kisah Agen BRILink di Semarang, Singgih Bisa Bantu Tetangganya Kirim Uang hingga Cairkan Bantuan Pemerintah

"Semua berjalan sendiri aja, aktif ikut pelatihan UMKM, tahun 2015 perizinan, 2016 baru aktif. Pemasaran ini di toko oleh-oleh dari salatiga rest area 456  sampai ke cirebon ada produk kita," ujarnya.

Nurma menyebut, usahanya itu berkembang tidak sengaja. Ia mengaku hanya rajin mengikuti pelatihan maupun undangan dari pemerintah untuk berbagi tips dalam membuat usaha.

"Dari hasil ini sudah bisa menguliahkan 4 anak. Yang pertama udah S3. Semua ngikutin almarhum bapak, di bidang kesehatan. Suami saya dulu Dosen di Poltekes Kemenkes, pindah ke sini 2015, tadinya di makassar 31 tahun lebih," ujarnya kepada Suara.com.

Norma dan keluarga saat itu memiliki prinsip menjadi abdi negara tidak ingin melakukan korupsi. Untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga perlu ada penghasilan tambahan dengan membuka usaha.

"Menjadi abdi negara, enggak mungkin bisa punya mobil dan rumah, kalau orang kaya tapi jadi PNS punya begitu banyaknya harta bisa dipertanyakan dari mana? Kalau bukan korupsi," ujarnya.

Dari hasil usahanya itu, ia berharap semua orang bisa minum jahe, seperti kopi dan teh yang selalu dikonsumsi. Selain itu, minum jamu bisa menjadi budaya di Kota Semarang.

"Hasil jamuku ini juga jadi penelitian di Poltekes Kemenkes, dan hasilnya bagus untuk kesehatan badan karena semua murni, jahe dan gulanya murni dan kandungannya menyehatkan," ujarnya.

Pemasaran Jahe

Produk Jahe Instan Isna Makmur. [Suara.com/Budi Arista Romadhoni]
Produk Jahe Instan Isna Makmur. [Suara.com/Budi Arista Romadhoni]

Nurma tidak banyak melakukan promosi seperti produk minuman lainnya. Ia mengaku hanya membuka penjualan di marketplace.

Namun demikian, sasaran penjulan Nurma sekarang adalah toko oleh-oleh yang ada sekitar Kota Semarang.

"Online di marketplace shoppe, tokopedia kami jalan dari situ. Kemudian toko oleh-oleh di semarang ada 30an outlet. Sampai sekarang saya kirim sendiri itu produknya," ujarnya.

Selain itu, Norma menyebut jahe olahannya itu sudah dikirim ke luar negeri. Misal di Malaysia bisa ditemukan di supermarket.

"Saya udah ekspor di malaysia, dijual di supermarket. Ini lagi berproses ke Arab saudi dan Mexico. Kalau Belanda, China, dan Korea perorangan atau orang Indonesia bekerja disana," ucapnya.

Kini Nurma sudah memiliki Karyawan sebanyak 6 orang. Produksi pengolahan jahe itu pun dilakukan saat hari Sabtu dan Minggu.

"Produksi khusus 4 orang sabtu-minggu karena freelance gajinya Rp200-300 per hari. Harga paling murah 125 gram Rp15 ribu, sama 250gram yang Rp50 ribu," ujarnya.

Selain itu, Nurma menyebut usahanya berjalan hingga saat ini juga berkat dari peran Rumah BUMN BRI Semarang. Ia menyebut bergabung sejak 2017 atau angkatan pertama.

"Ikut pelatihan pemasaran, pembukuan, dan pengembangan produk. Alhamdulilah alat semua terbeli sendiri, saat ini semua usaha berjalan," tutupnya.

Sementara itu, Koordinator Rumah BUMN Semarang, Endang Sulistiawati mengungkapkan kini sudah ada 7.000 UMKM yang bergabung.

Diketahui, Rumah BUMN Semarang sampai saat ini telah memfasilitasi UMKM dengan menggelar berbagai pelatihan yang dibutuhkan untuk pengembangan usaha.

Rumah BUMN Sendiri didirikan pada 2017 oleh BRI. Pelaku UMKM dipersilakan bergabung dengan Rumah Kreatif BUMN secara gratis. Persyaratan memiliki usaha dan cukup menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP).

"Kita tujuan akhirnya adalah go global, bisa ekspor," ujar Koordinator Rumah BUMN tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini