Jalan Pantura Demak-Kudus yang tiba-tiba lenggang itu kemudian dimanfaatkan untuk mendirikan tenda pengusingan. Alhasil, jalan yang setiap harinya ramai dilalu kendaraan berubah jadi sebuah pemukiman.
Sebenarnya warga yang terdampak banjir di Karanganyar sudah disediakan tempat pengungsian. Tapi ada sebagian warga yang memilih mendirikan tenda ala kadarnya di pinggir Jalan Pantura Demak-Kudus.
"Udah tiga hari. Nyuci, mandi, apa aja kita lakukan disini. Kesulitannya mencari air buat minum," ucap seorang warga Edi Sumarno.
Lelaki paruh baya itu tidak sendirian menghuni tenda berukuran 4×4. Dia ditemani anak, saudara hingga cucu.
Baca Juga:Kabupaten Demak Banjir Lagi, Kondisi Tanggul Sungai Perlu Dievaluasi
Bila hujan datang, satu keluarga tersebut hanya bisa pasrah dengan menahan hawa dingin. Tinggal dan tidur di tenda bukan pengalaman pertama bagi Edi dan keluarganya.
Sebab pada saat peristiwa banjir bulan Februari kemarin. Mereka memilih tinggal dan bertahan hidup di tenda tersebut selama 10 hari.
"Kemarin kami semua sempat kehujanan, ya cuma bisa kekepan aja. Intinya kami tinggal disini bisa makan," imbuhnya.
Sektor Pertanian Paling Terdampak
Sementara itu sektor yang paling terdampak banjir adalah pertanian. Gegara genangan banjir tersebut area persawahan di Karanganyar malah seperti lautan.
Baca Juga:Kurangi Intensitas Hujan, Rekayasa Cuaca TMC di Semarang Mulai Dilakukan
Nur Sadi petani di Desa Cangkring Rembang, Karanganyar tak bisa berbuat apa-apa saat sawahnya seluas 1 hektar digenangi banjir setinggi 2-3 meter.