SuaraJawaTengah.id - Menjelang lebaran idulfitri usaha kue kering milik istri Ahmad Subaidi hancur. Musabab tempat produksi yang berada di kompleks Perumahan Permata Puri, Ngaliyan Kota Semarang roboh akibat tanah ambles.
Bahkan detik-detik rumah Ahmad Subaidi roboh karena ambles terekam oleh ponsel warga dan viral di jejaring media sosial.
"Sejak pagi sebenarnya sudah ada tanda-tanda pergerakkan tanah. Saya udah tau pasti ini mau roboh," ucap lelaki yang akrab disapa Subaidi saat ditemui Suara.com, Sabtu (6/4/24).
Sebelum peristiwa nahas itu terjadi pihak pengembangan berusaha melakukan penanganan sementara. Namun dilarang oleh Subaidi lantaran dia percaya hasilnya akan nihil.
Baca Juga:Ini Jadwal Azan Magrib Kota Semarang dan Sekitarnya pada 5 April 2024
Dugaan rumahnya akan robohnya pun terjadi. Sekitar pukul 18.55 WIB sebagian rumahnya yang dijadikan tempat produksi kue kering pun roboh seketika.
"Usaha istri jadi rugi, pesanan otomatis banyak yang cancel. Padahal jelang lebaran udah ada pesanan masuk 400-500 toples," imbuhnya.
Meski sebagian rumahnya ambles, beruntung seluruh anggota keluarga sudah mengungsi ke tempat lain. Sehingga tidak ada korban jiwa.
Saat ini Subaidi masih menunggu respon pihak pengembang. Diperkirakan kerugiaan atas amblesnya sebagian rumahnya sebesar Rp500 juta.
"Saya minta ganti rugi karena ini satu kelalaian. Jelas menuntut ganti rugi mau bentuknya seperti apa terserah pihak pengembang," katanya.
Baca Juga:Polda Jateng Siapkan Perpanjangan Jalur Satu Arah Tol Semarang-Bawen
Rupanya penyebab sebagian rumah Subaidi ambles memiliki latar belakang masalah cukup panjang. Lima tahun lalu dirinya sempat protes lantaran jalan di samping rumahnya sering dilewati kendaraan truk-truk bertonase karena waktu itu ada pembangunan apartemen Amarta View.
Dampak dari aktivitas tersebut ternyata mengakibatkan gorong-gorong yang terletak di bawah jalan tersebut rusak dan bocor. Saat diprotes, alih-alih mendapat respon pihak pengembang malah tutup mata.
Bahkan Subaidi sempat dipolisikan lantaran dia terus-menerus memprotes gorong-gorong rusak dan jalan retak akibat dilalui truk-truk berat pada tahun 2018.
"Lima tahun yang lalu istri saya sudah ada kekhawatiran. Tapi pihak pengembang hanya memikirkan bisnis. Bisa dilihat dampaknya sekarang," jelasnya.
Sebetulnya Subaidi tidak melarang jika di kawasannya terdapat pembangunan. Tetapi pihak pengembang harusnya memikirkan juga ada dampaknya tidak apabila area perumahan dilalui truk-truk bertonase berat.
"Dua tahun yg lalu disini juga ambles besar, cuman di urug-urug aja. Nggak ada penanganan serius. Ambles urug gitu aja. Sumber amblesnya itu dari gorong-gorong yang rusak. Jadi ini kelalaian mereka (pihak pengembang)," tukasnya.