Teknik Distraksi untuk Kendalikan Emosi, Begini Caranya

Teknik distraksi dapat dimanfaatkan seseorang untuk mengendalikan emosi agar tidak membahayakan diri sendiri maupun orang lain

Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 11 Mei 2024 | 07:08 WIB
Teknik Distraksi untuk Kendalikan Emosi, Begini Caranya
ilustrasi emosi aneh (freepik.com)

SuaraJawaTengah.id - Emosi terkadang membuat orang murka dan lupa akan tingkah lakunya. Hal itu bisa merugikan diri sendiri dan orang lain. 

Psikiater dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr. Gina Anindyajati, SpKJ menyampaikan bahwa teknik distraksi dapat dimanfaatkan seseorang untuk mengendalikan emosi agar tidak membahayakan diri sendiri maupun orang lain.

"Kita bisa memakai teknik distraksi untuk menurunkan intensitas emosinya, setelah itu baru berpikir mengenai tindak lanjut yang proporsional sesuai masalah yang dihadapi," kata Gina  dikutip dari ANTARA pada Sabtu (11/5/2024). 

Gina menjelaskan orang yang sehat jiwa adalah orang yang dapat merasakan emosinya dan merespon emosinya dengan tepat.

Baca Juga:Jajaki Pasar Otomotif di Jawa Tengah, Podusen Mobil Asal Prancis Kenalkan The All New Citroen C3 Aircross SUV

Oleh karena itu, setiap orang perlu belajar meregulasi emosinya agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.

Ia menyampaikan, teknik distraksi yang sering dilakukan misalnya mengganti atau mengalihkan dorongan untuk merilis emosi menggunakan cara yang lebih tidak berbahaya.

Ketika seseorang mengalihkan keinginan, maka emosi disalurkan dengan cara yang lebih adaptif seperti mendengarkan musik, bermain dengan hewan peliharaan, berjalan kaki, berolahraga, memasak, dan lain-lain.

Setelah melakukan aktivitas ini, diharapkan seseorang akan lebih rileks dan bisa mengolah perasaannya dengan lebih jernih.

Selain itu, terdapat cara lainnya, yaitu melalui reinforcing, di mana seseorang melakukan hal yang berlawanan dengan dorongan yang dirasakan.

Baca Juga:Duh! Tingkat Pengangguran di Jawa Tengah Capai 4,39 Persen, Tamatan SMK Masih Mendominasi

Misalnya saat merasa marah, seseorang yang sangat ingin untuk menghampiri objek kemarahannya saat itu juga, harus memaksa diri untuk menunda.

"Contohnya, tunggu sepuluh menit baru boleh menghampiri. Dengan demikian diharapkan ada kesempatan bagi individu untuk berpikir terlebih dahulu," ujarnya.

Lebih lanjut Gina menyampaikan bahwa merupakan sebuah kewajaran apabila seseorang merasa tertekan serta timbul ketidaknyamanan ketika menghadapi masalah.

Namun demikian, setiap orang perlu belajar mengidentifikasi emosi apa yang muncul, merasakan emosi tersebut, dan memproses emosi tersebut.

Psikiater Departemen Kesehatan Jiwa RSCM FKUI itu mengatakan bahwa emosi yang tidak enak dirasakan misalnya rasa sedih, khawatir, takut, atau marah.

Menurut dia, seringkali seseorang reaktif dengan emosinya dan ingin langsung menyingkirkan.

Hal yang bisa dilakukan pertama adalah menyadari bahwa ada emosi yang sedang dirasakan, lalu mengambil jeda sejenak untuk menenangkan diri dan berpikir, baru kemudian memutuskan apa yang mau dilakukan berikutnya.

"Bantuan profesional diperlukan ketika emosi sulit diregulasi, meledak-ledak atau berlarut-larut, dan mengganggu aktivitas harian bahkan hingga membahayakan misal menyakiti diri atau orang lain," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini