Sejarah Mahsyur Pisau Balak Magelang, Andalan Para Jagal Hewan Kurban

Senjata para jagal saat menyembelih hewan kurban adalah pisau yang tajam, di Magelang pun demikian

Budi Arista Romadhoni
Minggu, 16 Juni 2024 | 07:18 WIB
Sejarah Mahsyur Pisau Balak Magelang, Andalan Para Jagal Hewan Kurban
Sumardi (65 tahun) menyelesaikan pesanan pisau sembelih hewan kurban di bengkel pandai besi miliknya di Desa Rejosari, Pakis, Magelang. (Suara.com/ Angga Haksoro Ardi).

Kepala Staf Angkatan Darat AS selama Perang Dunia II, Jenderal George C Marshall, menggambarkan Jeep Willys sebagai “kontribusi terbesar Amerika terhadap peperangan modern”.

Pemerintah Amerika secara simbolik pernah menganugerahi medali penghargaan “Purple Heart” kepada salah satu Jeep Willys yang dianggap berjasa selama perang.

Ekspor Belanda dan Belgia

Proses pembuatan bilah pisau dimulai dari memotong piringan baja DM 05 Julia sesuai ukuran yang diinginkan. Baja dibakar pada tungku untuk kemudian ditempa hingga ketebalannya sesuai.

Baca Juga:Golongan yang Mampu dan Tidak Mampu Berkurban Saat Hari Raya Idul Adha

Baja kemudian dibentuk sesuai pesanan, diberi gagang, dihaluskan serta diasah sebagai proses penyempurnaan.

Seluruh proses pembuatan pisau dilakukan secara manual. Dibantu empat orang pekerja, Sumardi mengerjakan sendiri proses akhir pembuatan pisau.           

“Garapan ini nggak langsung sekali jadi. Biasanya bilah mentah dulu dibuat. Nanti yang lain-lain (finishing-nya) dikerjakan sendiri. Masalahnya ini juga perlu latihan to,” kata Sumardi.

Beberapa tahun belakangan, selain membuat belati untuk kebutuhan dalam negeri, Sumardi juga menerima pesanan perangkat makan steak untuk ekspor ke Belanda dan Belgia.

Standar pesanan ekspor ini termasuk detail, antara lain memastikan bahwa pisau, garpu, serta sendok dibuat secara manual oleh pandai besi.

Baca Juga:Bolehkah Berkurban Sebelum Aqiqah? Ini Penjelasannya

Jenis peralatan yang diminta juga sangat beragam. Untuk sendok saja, Sumardi membuat 34 jenis yang berbeda.

“Kemarin ada pesanan yang saya belum pernah buat. Nggak mampu. Alatnya sudah diluar kemampuan pandai besi. Bentuknya rumit. Sebenarnya termasuk tantangan. Tapi kalau sudah tidak mampu, ya menyerah saja daripada mumet.”

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini