SuaraJawaTengah.id - Keberadaan Angkutan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) menjadi peluang strategis untuk membenahi transportasi umum di daerah wisata.
Program ini tak hanya mendukung pengembangan destinasi wisata, tetapi juga berperan penting dalam memastikan keselamatan transportasi wisatawan.
Namun, berbagai persoalan masih menyelimuti transportasi umum, termasuk menurunnya jumlah armada antar kota/kabupaten (AKDP) dan kondisi angkutan perkotaan yang rata-rata sudah melebihi usia operasi.
Akibatnya, banyak pengusaha memilih menutup trayek daripada menghadapi risiko keselamatan dan rendahnya minat penumpang.
Peran Angkutan KSPN sebagai Solusi
Sejak diluncurkan pada 2019, Program Angkutan KSPN telah melayani 34 trayek dengan 43 armada. Namun, tingkat isian rata-rata baru mencapai 28,19 persen, dengan beberapa trayek seperti Maninjau - Muaro Lasak di Sumatera Barat mencatatkan tingkat isian tertinggi hingga 79,87 persen.
Sebaliknya, trayek Terminal Imogiri – Bandara Yogyakarta International Airport menunjukkan tingkat isian terendah sebesar 4,61 persen.
Kendati demikian, trayek dengan tingkat isian di atas 50 persen menunjukkan potensi besar, seperti Terminal Pacitan – Stasiun Tulungagung (76,46 persen) dan Stasiun Madiun – Pantai Klayar (71,46 persen).
Untuk trayek dengan tingkat isian rendah, evaluasi diperlukan untuk menentukan kelayakan operasionalnya atau potensi dialihkan ke daerah lain.
Baca Juga:Berikut Ini Daftar Lengkap Korban Bus Pariwisata Masuk Jurang di Objek Wisata Guci Tegal
Pengembangan lebih lanjut perlu dilakukan untuk memastikan angkutan KSPN tidak hanya melayani antar simpul transportasi, tetapi juga memperbaiki transportasi umum di daerah wisata.
- 1
- 2