Revolusi Transportasi Wisata: Mampukah Angkutan KSPN Atasi Kendala?

Keberadaan Angkutan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) menjadi peluang strategis untuk membenahi transportasi wisata

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 03 Desember 2024 | 07:18 WIB
Revolusi Transportasi Wisata: Mampukah Angkutan KSPN Atasi Kendala?
Ilustrasi transportasi umum kereta (pexels)

Pelajaran dari Bali, misalnya, menunjukkan bahwa kemacetan sering kali dipicu oleh minimnya transportasi umum yang digantikan kendaraan pribadi.

Dukungan Pemda dan ASITA

Djoko Setijowarno, akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata, menegaskan pentingnya keterlibatan pemerintah daerah (pemda) dan asosiasi pariwisata (ASITA) dalam menyukseskan program ini.

Menurutnya, Pemda perlu mengambil langkah proaktif untuk membenahi angkutan umum di daerah wisata yang ditetapkan sebagai destinasi prioritas. Selain itu, ASITA dapat membantu meningkatkan jumlah pelancong melalui promosi yang efektif.

Baca Juga:Kapolres Tegal Bantah Bus Pariwisata Masuk Jurang di Wisata Guci Karena Rem Tangan Ditarik Anak Kecil

“Jangan sampai Indonesia berhasil menciptakan 'Bali kedua' tanpa mengatasi permasalahan transportasi umum yang sering diabaikan,” ujar Djoko.

Djoko mengungkapkan, berbagai kendala operasional masih menjadi hambatan, seperti proses tender tahunan, kelangkaan BBM di beberapa daerah, hingga infrastruktur seperti halte khusus dan informasi rute yang belum memadai.

Selain itu, perubahan jadwal keberangkatan yang disesuaikan dengan kedatangan pesawat kerap membingungkan wisatawan. Kurangnya sosialisasi tiket online melalui aplikasi juga menjadi tantangan tersendiri.

Untuk meningkatkan minat wisatawan, kepastian jadwal, frekuensi perjalanan, dan fleksibilitas layanan perlu menjadi perhatian. Beberapa operator swasta bahkan telah membuktikan keberhasilan dengan menawarkan jadwal lebih sering dan tarif premium.

Program KSPN juga harus mendukung 10 destinasi wisata prioritas yang telah ditetapkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, termasuk 5 destinasi super prioritas seperti Danau Toba, Borobudur, dan Labuan Bajo. Sinergi lintas sektor diperlukan agar transportasi umum menjadi bagian integral dari pengembangan pariwisata.

Baca Juga:Berikut Ini Daftar Lengkap Korban Bus Pariwisata Masuk Jurang di Objek Wisata Guci Tegal

Pengalaman internasional menunjukkan bahwa destinasi wisata yang sukses selalu diikuti dengan fasilitas transportasi umum yang andal. Indonesia diharapkan dapat mengambil pelajaran ini untuk memastikan transportasi menjadi aset, bukan hambatan, dalam mendukung sektor pariwisata.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini