Semarang dan Masalah Banjir Sejak Dulu
Secara geografis, sebagian besar wilayah Kota Semarang terletak di dataran rendah, menjadikannya rawan banjir. Selain itu, curah hujan tinggi serta fenomena rob semakin memperparah risiko genangan. Pada masa lalu, sistem drainase yang kurang memadai serta sedimentasi sungai turut berkontribusi pada masalah ini.
Lagu "Jangkrik Genggong" menjadi refleksi keresahan masyarakat terhadap kondisi tersebut. Kritik yang diungkapkan melalui karya seni ini bukan sekadar hiburan, tetapi menjadi pengingat akan pentingnya perbaikan infrastruktur kota.
Lagu "Jangkrik Genggong" yang lahir puluhan tahun lalu tetap relevan hingga saat ini. Sindiran dalam lagu tersebut menjadi cerminan bahwa permasalahan banjir masih menjadi tantangan yang harus dihadapi Kota Semarang. Meski berbagai upaya telah dilakukan, kerja sama yang lebih kuat antara pemerintah dan masyarakat tetap diperlukan. Dengan perbaikan yang berkelanjutan, harapannya banjir tidak lagi menjadi masalah yang mengganggu aktivitas warga. Lagu yang dahulu menjadi kritik sosial mungkin suatu saat akan menjadi kenangan indah tentang perjuangan kota melawan banjir.
Baca Juga:BMKG: Semarang Berpotensi Diguyur Hujan Ringan Sepanjang Hari
Berikut ini lirik lengkap dari lagu Jangkrik Genggong:
Kendal kaline wungu
Ajar kenal karo aku
Lelene mati digepuk
Gepuk nganggo walesane
Suwe ora pethuk, ati sida remuk
Kepethuk mung suwarane
Ee ya e ya e
Ee ya e ya e ya e ya e
Jangkrik genggong, jangkrik genggong
Luwih becik omong kosong
Semarang kaline banjir
Ja sumelang ra dipikir
Jangkrik upas aba ning tangga
Malumpat ning tengah jogan
Wis watake Priya, jare ngaku setya
Tekan ndalan selewengan
Ee ya e ya e
Ee ya e ya e ya e ya e
Jangkrik genggong, jangkrik genggong
Wani nglirik sepi uwong
Baca Juga:Waspada Cuaca Ekstrem di Semarang: Hujan Disertai Petir Diprakirakan BMKG
Nyen ngetan bali ngulon
Tiwas edan ra kelakon
Yen ngrujak ngrujako nanas
Ojo ditambahi kweni