SuaraJawaTengah.id - Bulan Sya’ban memiliki tempat istimewa dalam kalender Hijriah. Bulan ini sering dianggap sebagai waktu untuk mempersiapkan diri menyambut bulan suci Ramadan.
Selain itu, bulan ini juga mengandung berbagai pelajaran berharga dari sejarah Islam yang patut direnungkan, salah satunya adalah kisah inspiratif dari seorang sahabat Nabi yang bernama Sya’ban.
Kisah Inspiratif Sahabat Nabi Sya’ban
Sya’ban mungkin tidak seterkenal sahabat-sahabat besar seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq atau Umar bin Khattab. Namun, kehidupannya yang penuh keteladanan memberikan pelajaran yang luar biasa.
Baca Juga:Ini Cerita Dibalik Tren Ubur-Ubur Ikan Lele yang Viral di TikTok
Salah satu kebiasaan mulianya adalah selalu datang lebih awal ke masjid sebelum salat fardu dan mengambil posisi di pojok masjid untuk melakukan iktikaf agar tidak mengganggu jamaah lainnya.
Suatu pagi, ketika waktu salat Subuh tiba, Rasulullah menyadari bahwa Sya’ban tidak hadir di masjid seperti biasanya. Rasul pun bertanya kepada para sahabat, “Di mana Sya’ban?” Namun, tidak ada seorang pun yang mengetahui keberadaannya. Karena merasa khawatir, Rasulullah bahkan sempat menunda salat Subuh sejenak. Setelah menyelesaikan salat, Rasul memutuskan untuk mencari tahu langsung ke rumah Sya’ban.
Sesampainya di rumah Sya’ban yang cukup jauh dari masjid, Rasulullah disambut oleh seorang wanita yang ternyata adalah istri Sya’ban. Dengan penuh kesedihan, sang istri memberi tahu Rasulullah bahwa Sya’ban telah meninggal dunia tepat sebelum azan Subuh berkumandang.
Tiga Teriakan Saat Sakaratul Maut
Sebelum meninggal, Sya’ban sempat berteriak tiga kali dengan kalimat yang membuat istrinya bertanya-tanya: “Aduh, mengapa tidak lebih jauh? Aduh, mengapa tidak yang baru? Aduh, mengapa tidak semuanya?” Rasulullah kemudian menjelaskan makna dari ketiga teriakan tersebut.
Baca Juga:Ratusan Hektare Sawah di Kudus Terendam Banjir, Petani Terancam Gagal Panen!
1. “Aduh, mengapa tidak lebih jauh?”
Pada saat sakaratul maut, Sya’ban diperlihatkan amal perbuatannya, termasuk perjalanannya ke masjid setiap hari. Setiap langkah yang ia tempuh dihitung sebagai pahala besar. Namun, timbul penyesalan dalam dirinya. Ia berpikir, andai rumahnya lebih jauh dari masjid, tentu pahala yang didapat akan lebih berlipat ganda.
2.“Aduh, mengapa tidak yang baru?”
Sya’ban diperlihatkan momen ketika ia hendak ke masjid pada musim dingin. Saat itu, ia mengenakan baju jelek di luar dan menyimpan baju barunya di dalam agar tetap bersih. Dalam perjalanan, ia bertemu dengan seseorang yang kedinginan dan memberikan baju jeleknya. Penyesalan muncul karena ia berpikir, andai ia memberikan baju yang baru dan lebih bagus, pahalanya tentu akan jauh lebih besar.
3. “Aduh, mengapa tidak semuanya?”
Allah memperlihatkan momen ketika Sya’ban hendak sarapan dengan roti dan susu hangat. Seorang pengemis datang meminta makan, dan Sya’ban memberikan setengah dari roti dan susunya. Penyesalan muncul karena ia berpikir, seandainya ia memberikan seluruh makanan itu, pahalanya tentu lebih besar lagi.
Pelajaran Berharga di Bulan Sya’ban
Kisah Sya’ban memberikan banyak pelajaran yang relevan dengan momen Bulan Sya’ban 1446 Hijriah ini:
1. Keikhlasan dalam Beribadah
Konsistensi Sya’ban dalam datang ke masjid mengajarkan pentingnya menjaga rutinitas ibadah dengan ikhlas tanpa mencari pujian.
2. Berlomba-lomba dalam Kebaikan
Penyesalan Sya’ban karena tidak memberikan yang terbaik menunjukkan bahwa dalam bersedekah, kita sebaiknya memberikan yang paling baik dan bermanfaat.
3. Memaksimalkan Amal
Setiap langkah menuju kebaikan memiliki pahala yang besar. Bulan Sya’ban adalah waktu yang tepat untuk memperbanyak amal ibadah sebagai persiapan menyambut Ramadan.
Sebagai umat Muslim, kita dapat mengambil inspirasi dari kisah Sya’ban dengan memanfaatkan Bulan Sya’ban untuk memperbanyak amal saleh, seperti salat sunah, membaca Al-Qur’an, berzikir, dan bersedekah dengan yang terbaik yang kita miliki. Mari jadikan momen ini sebagai waktu untuk meningkatkan kualitas diri dan memperbaiki hubungan dengan Allah serta sesama manusia.
Semoga kisah ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk selalu berlomba dalam kebaikan dan memberikan yang terbaik dalam setiap amal perbuatan. Aamiin.
Kontributor : Dinar Oktarini