“Hanya kok kayak ada ketakutan gitu lho. Besok ending-nya saya itu kayak gimana? Ketakutan dalam hati itu besok di sananya. Kemarin seperti masih ragu. Ya agama itu semua baik-baik kan. Nggak ada hal-hal lain.”
Mencari Hidayah
Menurut Ketua Badan Pelaksana MAJT An-Nuur, Asfuri Muhsis, tidak ada paksaan dalam agama. Pilihan Estri Nuryaningsih untuk kembali memeluk Islam dan putranya Benediktus Ruben Valencia Putra untuk menjadi mualaf, harus dihormati.
Pilihan keduanya untuk mengikrarkan syahadat di Masjid Agung datang dari keinginan sendiri.
Baca Juga:Hari Pertama Retreat Kepala Daerah Full Belajar di Kelas, Peserta Sakit dapat Dispensasi
“Datang kesini menyampaikan niat sangat tulus untuk masuk agama Islam. Tentu atas kehendak dan niat sendiri. Jadi kita hormati. Kita hargai itu hak pribadi seseorang, tentu kami terima dengan baik.”
Masjid selain digunakan untuk kegiatan ubudiyah yang bersifat penghambaan diri kepada Allah, juga bisa dimanfaatkan untuk kegiatan muamalah. Sehingga masjid terbuka untuk membangun hubungan antar manusia.
“Terlebih masjid terbuka untuk umum. Termasuk untuk mualaf. Jadi siapapun yang ingin, tentu kami fasilitasi di MAJT An-Nuur.”
Mualaf Pertama MAJT An-Nuur
Estri Nuryaningsih dan Benediktus Ruben Valencia Putra adalah mualaf pertama yang mengikrarkan syahadat di Masjid Agung Jawa Tengah An-Nuur, sejak dibuka Oktober tahun lalu.
Baca Juga:Ahmad Luthfi Siap Ikuti Rangkaian Retret di Akmil Magelang
Prosesi syahadat keduanya semakin istimewa karena hanya selang sehari dari perayaan Nuzulul Qur’an tanggal 17 Ramadhan.
“Kebetulan bulan Ramadhan dan kebetulan lagi Nuzulul Quran. Ini hidayah untuk keduanya. Jarang ada kesempatan yang tepat pada hari ini. Semoga mereka mendapatkan hidayah dari Allah. Itu kan (ikhtiar) mencari kebenaran pada agama.”
Kontributor : Angga Haksoro Ardi