Bagi Estri, anak-anak memiliki andil besar dalam membulatkan tekadnya untuk kembali memeluk Islam. Dorongan paling kuat untuk menjadi mualaf justru datang dari Ruben.
Keluarga Estri tinggal di Tegalrejo yang kebanyakan muslim. Ruben bahkan sudah sering ikut-ikutan salat tarawih bersama teman-temannya.
Sudah sejak lama Estri punya keinginan untuk kembali mengikrarkan syahadat. Tapi entah mengapa keinginan itu seperti tersendat.
“Tidak ada rencana. Tiba-tiba anak saya (Ruben) juga tersentuh. ‘Ayo bu’. Tumben-tumbenan begitu. Dari dulu kan masih selisih ya. Sudah lama sebenarnya, hanya baru kali ini Allah bukakan.”
Baca Juga:Hari Pertama Retreat Kepala Daerah Full Belajar di Kelas, Peserta Sakit dapat Dispensasi
Estri mengaku menghargai pilihan orang untuk memeluk agama masing-masing. Rasa toleransi itu yang dipegang oleh keluarganya sehingga tetap bisa akur meski berbeda keyakinan.
“Hanya kok kayak ada ketakutan gitu lho. Besok ending-nya saya itu kayak gimana? Ketakutan dalam hati itu besok di sananya. Kemarin seperti masih ragu. Ya agama itu semua baik-baik kan. Nggak ada hal-hal lain.”
Mencari Hidayah
Menurut Ketua Badan Pelaksana MAJT An-Nuur, Asfuri Muhsis, tidak ada paksaan dalam agama. Pilihan Estri Nuryaningsih untuk kembali memeluk Islam dan putranya Benediktus Ruben Valencia Putra untuk menjadi mualaf, harus dihormati.
Pilihan keduanya untuk mengikrarkan syahadat di Masjid Agung datang dari keinginan sendiri.
Baca Juga:Ahmad Luthfi Siap Ikuti Rangkaian Retret di Akmil Magelang
“Datang kesini menyampaikan niat sangat tulus untuk masuk agama Islam. Tentu atas kehendak dan niat sendiri. Jadi kita hormati. Kita hargai itu hak pribadi seseorang, tentu kami terima dengan baik.”