'Dia Milikku, Darahnya Manis' Cerita Horor Teror Nyai Penunggu Kontrakan Ujung Kampung

Pindah ke kontrakan murah, Imas diteror makhluk halus. Gangguan mistis meningkat, anak-anak jadi sasaran. Terungkap kisah tumbal & rumah angker

Budi Arista Romadhoni
Kamis, 01 Mei 2025 | 16:01 WIB
'Dia Milikku, Darahnya Manis' Cerita Horor Teror Nyai Penunggu Kontrakan Ujung Kampung
Ilustrasi kontrakan horor [sumber: Freepik.com/Freepik]

SuaraJawaTengah.id - Tidak semua rumah murah membawa berkah. Bagi Imas, pengalaman tinggal di kontrakan kecil di ujung kampung justru menjadi awal dari teror yang menyesakkan.

"Kampung itu sebenarnya banyak yang muda. Banyak pesugihan, cuman enggak diturunkan di tempat itu. Kayak dia punya kekayaan, atau dia punya rumah baru, itu enggak di situ bikinnya," sebagaimana dilansir dari channel YouTube Badru Capslock pada Kamis (1/5/2025).

Imas tak pernah menyangka, keputusan pindah ke kontrakan kecil di pinggiran kota Tangerang akan mengubah hidupnya. Bersama suami dan dua anaknya, ia hanya ingin tinggal dekat tempat kerja agar tak perlu menempuh perjalanan jauh setiap hari. Kontrakan itu sederhana, di ujung sebuah kampung yang tampak sepi. Tapi sejak malam pertama, Imas merasa hawa tempat itu tidak wajar.

Awalnya gangguan yang diterima Imas hanya suara ketukan dinding saat tengah malam. Lalu suara langkah kaki dari lantai atas yang seharusnya kosong. Tapi semua itu masih bisa diabaikan hingga seorang anak perempuan datang bermain ke rumahnya. Pucat, tangannya dingin seperti es.

Baca Juga:Kisah Sekeluarga Terjebak di Kontrakan Horor, Banyak Hantu yang Menyerupai

"Tante jangan tinggal di sini ya. Ini tempat berbahaya," kata sosok tersebut sambil senyum datar.

Imas menganggapnya hanya candaan anak kecil, tapi sejak hari itu, gangguan tak pernah berhenti. Malam-malam berikutnya datang dengan suara menyapu dari kebun belakang, tawa cekikikan dari luar jendela, hingga bisikan yang mengklaim dirinya sebagai "Nyai". Sosok itu berkata, "Dia milikku... darahnya manis... kalian tak akan bisa menyelamatkan dia."

Tubuh Imas perlahan melemah. Ia mulai sering sakit, hingga suatu malam ia pingsan saat hanya berdua dengan anaknya di rumah. Suaminya pun mulai merasakan keanehan. Mimpi didatangi perempuan berkebaya merah yang memaksanya masuk ke "istana", suara-suara aneh, hingga anak mereka yang mulai berbicara sendiri.

Puncaknya terjadi saat anak mereka menunjukkan uang Rp10.000 dari "om" yang tinggal di atas. Padahal semua orang tahu, unit atas kontrakan itu kosong sejak lama. Sejak saat itu, Imas mulai mencurigai bahwa ada sesuatu yang memang sengaja mendekat pada anak-anaknya.

Yang paling membuat merinding adalah rumah megah di ujung kampung. Awalnya tampak seperti istana, namun saat Imas mendekat, rumah itu berubah menjadi bangunan terbengkalai penuh ular. Warga sekitar hanya memberi peringatan samar: "Kalau bukan darah sini, jangan lama-lama di situ."

Baca Juga:Cerita Horor Radio Semarang: Dari Wanita Pucat hingga Suara Misterius

Cerita seram dari warga pun mulai terkuak. Salah satunya adalah kisah tentang beberapa anak yang jatuh dari tangga kontrakan dan meninggal secara misterius. Konon, kepala mereka selalu menghantam lantai lebih dulu. 

Ada pula cerita tentang keluarga sebelumnya yang tiba-tiba mengalami sakit aneh istrinya mengandung tanpa sebab dan saat kandungannya hilang, ia justru di diagnosis menderita kista. Kisah yang sangat menyeramkan dan membuat Imas makin ketakutan terhadap rumah ini. 

Ketika Imas jatuh sakit parah dan tubuhnya terasa seperti kehilangan darah, seorang ustaz menyampaikan bahwa ia telah ditandai sebagai tumbal. Tak ingin mengambil risiko, suaminya segera membawa keluarganya pindah.

Setelah pindah, gangguan perlahan menghilang. Tapi trauma tetap membekas. Anaknya yang paling kecil masih enggan menceritakan apa pun tentang tempat itu. Bahkan ketika ditanya soal anak-anak yang dulu sempat bermain bersamanya, ia hanya memalingkan muka.

Imas menutup kisahnya dengan pesan: "Kalau ingin pindah ke tempat baru, cari tahu dulu sejarahnya. Jangan sampai rumah murah justru bayar mahal dengan nyawa."

Kontributor : Dinar Oktarini

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak