'Peluknya Erat, Baunya Bangkai' Kisah Ojek Online Semarang dan Penumpang dari Dunia Lain!

Tirta, tukang ojek di Semarang, alami pengalaman horor antar anak kecil ke rumah kosong. Bau bangkai, sosok wanita pucat, hingga gangguan kuntilanak menghantuinya.

Budi Arista Romadhoni
Rabu, 30 April 2025 | 16:01 WIB
'Peluknya Erat, Baunya Bangkai' Kisah Ojek Online Semarang dan Penumpang dari Dunia Lain!
Ilustrasi pengalaman Ojek Online mengantarkan penumpang anak misterius. [Dok Suara.com]

SuaraJawaTengah.id - Di balik gemerlap kota Semarang, kisah-kisah horor seringkali tersembunyi dalam aktivitas sehari-hari. Salah satunya dialami oleh Tirta, seorang pria asal Jakarta yang pada awal tahun 2000-an mencari nafkah sebagai tukang ojek keliling di Kota Lumpia.

Kejadian yang ia alami malam itu menjadi salah satu pengalaman paling menyeramkan dalam hidupnya.

Cerita ini dibagikan langsung oleh Pak Tirta melalui channel Riam Biru. Ia menceritakan pengalamannya yang terjadi sekitar tahun 2003 atau 2004, saat dirinya baru satu tahun tinggal di Semarang setelah menikah.

Menjadi tukang ojek keliling, Tirta sudah terbiasa berkeliling hingga larut malam. Namun suatu malam, setelah mengantarkan penumpang terakhir sekitar pukul 10 malam, ia memutuskan untuk pulang.

Baca Juga:Semarang Unjuk Gigi sebagai Tuan Rumah Kejurnas Golf Junior 2025, PGI Perkuat Pembinaan Atlet Muda

Sebelum beranjak, Tirta berhenti sejenak di trotoar untuk menghabiskan sebatang rokok. Di saat itulah, seorang anak laki-laki berusia sekitar 12-13 tahun datang menghampiri dan meminta diantar pulang ke daerah Semarang atas.

Awalnya Tirta ragu, mengingat waktu sudah larut dan daerah tersebut cukup jauh. Namun rasa iba membuatnya mengiyakan permintaan si anak.

Perjalanan Menuju Semarang Atas yang Sarat Kejanggalan

Saat dibonceng, Tirta mulai merasa ada keanehan. Anak itu memeluknya erat—terlalu erat hingga membuat Tirta kesulitan bernapas. Bau busuk seperti bangkai juga mulai tercium sepanjang perjalanan, meskipun tidak ada sumber bau yang terlihat.

Yang lebih aneh, si anak mengaku berjalan kaki sendirian dari atas Semarang hingga ke bawah kota setiap hari, tanpa diantar siapapun. Ketika Tirta mengajaknya berbincang, jawabannya selalu datar dan terkesan tidak wajar.

Baca Juga:Sidang Kasus Korupsi Mbak Ita dan Etika Komunikasi Hukum di Ruang Publik

Bau bangkai semakin menyengat ketika motor memasuki daerah yang lebih sepi. Di tengah kegelapan malam, tawa kecil si anak justru membuat suasana semakin mencekam.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini