Gandeng 44 Perguruan Tinggi, Gubernur Luthfi Ubah Wajah Pembangunan Jateng

Mendagri apresiasi Jateng gandeng 44 PTN lewat Forum Rektor untuk kebijakan berbasis riset. Contohnya, Undip olah air payau jadi air minum di pesisir.

Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 09 Mei 2025 | 13:36 WIB
Gandeng 44 Perguruan Tinggi, Gubernur Luthfi Ubah Wajah Pembangunan Jateng
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian saat bertemu dengan Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi di Semarang pada Jumat (9/5/2025). [Dok Humas]

SuaraJawaTengah.id - Upaya mempercepat pembangunan berbasis riset di Jawa Tengah mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat.

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menyampaikan apresiasinya terhadap langkah strategis Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi yang menggandeng 44 perguruan tinggi melalui pembentukan Forum Rektor.

Menurut Tito, kolaborasi antara dunia akademik dan pemerintah daerah ini merupakan inovasi penting dalam menyusun kebijakan publik yang efektif dan berdampak luas.

“Itu good idea, good move. Kenapa? Supaya kalau kita bikin kebijakan, itu bukan sekadar feeling-feeling-an, tapi benar-benar berdasarkan studi,” ujar Tito saat menghadiri Silaturahmi dan Rapat Kerja Forum Majelis Wali Amanat (MWA) Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) se-Indonesia di Hotel Tentrem, Semarang, Jumat, 9 Mei 2025.

Baca Juga:Kabar Baik! Pemprov Jateng Siapkan Beasiswa untuk 100 Mahasiswa Kuliah di Korea Selatan

Langkah Ahmad Luthfi menggandeng puluhan kampus ini tidak hanya menjadi percontohan sinergi akademisi-pemerintah, tetapi juga penanda kebangkitan pendekatan berbasis ilmu dalam pengambilan kebijakan.

Dalam pertemuan tersebut, hadir pula Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi Brian Yuliarto, Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu, serta para pemimpin MWA dari 24 PTN-BH se-Indonesia.

Tito menyebut, banyak kegagalan pembangunan di Indonesia disebabkan minimnya kajian ilmiah sebelum kebijakan dijalankan.

Ia mencontohkan kasus Lapindo sebagai akibat pembangunan tanpa studi mendalam. Menurutnya, kemitraan strategis dengan 44 perguruan tinggi di Jawa Tengah bisa menjadi solusi dalam mencegah kesalahan serupa.

“Jangan asal bangun. Studi dulu. Jangan sampai seperti kasus Lapindo. Kalau riset dilakukan sejak awal, banyak bencana bisa dicegah,” katanya mengingatkan.

Baca Juga:Demo Buruh Semarang Dibajak, Akademisi Kecam Anarkisme Saat Peringatan May Day

Tito juga menyoroti bahwa keterlibatan kampus dalam perumusan kebijakan tidak hanya memberi nilai tambah bagi pemerintah daerah, tetapi juga mengangkat peran perguruan tinggi sebagai agen perubahan nyata.

Isu-isu mendesak seperti kemiskinan, stunting, hingga banjir bisa ditangani dengan lebih tepat bila landasan keilmuannya kuat.

“Kalau hasil riset perguruan tinggi bisa jadi kebijakan, itu bukan cuma membantu pemerintah, tapi juga jadi kebanggaan bagi dunia akademik,” ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, Gubernur Ahmad Luthfi menyatakan bahwa keterlibatan 44 perguruan tinggi di Jawa Tengah bukan hanya simbolik, melainkan telah terealisasi dalam berbagai program.

Salah satu yang telah berjalan adalah kerja sama dengan Universitas Diponegoro (Undip) untuk pengembangan teknologi desalinasi air payau menjadi air layak minum. Proyek ini telah diimplementasikan di kawasan pesisir Pekalongan dan Sayung, Demak.

“Ini sudah kita jalankan di Pekalongan dan Sayung Demak. Kami bersama Undip mengolah air payau jadi air siap minum. Ini bisa jadi role model daerah pesisir lainnya. Intinya, kampus kami libatkan sejak hulu,” tegas Luthfi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak