![Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, Sumarno, yang hadir dalam festival lampion waisak 2025 di Candi Borobudur pada Senin (12/3/2025) malam. [Istimewa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/05/13/45687-lampion-waisak-2025.jpg)
Sumarno juga menyampaikan harapannya agar perayaan Waisak dapat membawa manfaat besar, tidak hanya secara spiritual tetapi juga sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitar.
“Mudah-mudahan ini punya dampak yang besar terhadap Magelang dan Jawa Tengah. Ke depan mudah-mudahan kegiatan ini bisa lebih besar lagi,” katanya.
Peringatan detik-detik Waisak yang berlangsung di altar pelataran Borobudur, tepat pada pukul 23.55.29 WIB, menjadi momen sakral.
Ditandai dengan pemukulan gong, umat Buddha memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Buddha Gautama: kelahiran, pencapaian Pencerahan Agung, dan wafatnya (Parinibbana).
Baca Juga:Bersiap Rayakan Waisak 2024, Biksu Thudong Sudah Sampai di Borobudur
Ketua Umum Mahabhudi, Biksu Samanta Kusala Mahastavira, menjelaskan bahwa setelah detik-detik Waisak, setiap majelis membaca doa secara bergiliran sebagai bentuk penghormatan dan harapan bersama.
“Tema ini sangat relevan pada zaman sekarang ini di mana kita tahu kondisi di dunia ini sedang mengalami berbagai konflik,” katanya menegaskan.
Perayaan juga diwarnai dengan pembagian air berkah, simbol kerendahan hati dan kesejukan batin, yang digunakan dalam puja bakti kepada Triratna dengan lantunan ayat-ayat suci.
Ritual Pradaksina oleh para biksu dan umat Buddha pun menjadi penutup yang khidmat dari rangkaian Tri Suci Waisak 2569 BE/2025.
Lewat cahaya lampion, doa-doa, dan langkah kaki para peziarah, Borobudur kembali mengukuhkan dirinya sebagai mercusuar perdamaian yang tak lekang oleh zaman.
Baca Juga:Merawat Simbol Spiritual Candi Borobudur, Payung Raksasa Hiasi Perayaan Waisak
Sebuah ruang spiritual yang bukan hanya menyatukan umat, tetapi juga menggerakkan dunia untuk kembali menemukan damai, mulai dari dalam hati.