'Nyasar dan Rawan Begal' Cerita Gus Baha Soal Perjuangan Haji Zaman Dahulu

Gus Baha ingatkan sulitnya haji dulu: risiko tinggi, keamanan mahal, banyak jamaah tersesat. Kini, Indonesia punya sistem haji terbaik, patut disyukuri.

Budi Arista Romadhoni
Rabu, 21 Mei 2025 | 09:55 WIB
'Nyasar dan Rawan Begal' Cerita Gus Baha Soal Perjuangan Haji Zaman Dahulu
Ilustrasi jamaah haji tawaf di Ka'bah (Freepik.com/aymanzaid2003)

SuaraJawaTengah.id - Musim haji 2025 atau haji 1446 Hijriah akan segera tiba. Jutaan umat Islam dari berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia, tengah bersiap menunaikan rukun Islam kelima.

Di balik kemegahan sistem haji modern yang tertata rapi hari ini, Gus Baha ulama karismatik asal Rembang mengingatkan kita semua agar tidak melupakan sejarah kelam perjalanan haji di masa lampau atau perjuangan haji zaman dahulu

Dalam salah satu pengajiannya, Gus Baha bercerita tentang betapa sulitnya menjadi jamaah haji Indonesia pada zaman dulu. Banyak yang tersesat, menjadi korban perampokan, bahkan tak sedikit yang meninggal dalam perjalanan karena lamanya waktu tempuh dan minimnya perlindungan.

“Dulu itu orang kalau haji harus amnuariq,” kata Gus Baha, yang berarti mereka harus benar-benar siap menanggung segala risiko perjalanan darat yang sangat berat dan berbahaya.

Baca Juga:Pj Gubernur Jateng Sambut Kedatangan Jemaah Haji Kloter I Embarkasi Solo

Gus Baha menyebut istilah Ujrotul Khauf, sebuah ungkapan lama yang menggambarkan betapa menegangkannya perjalanan haji pada masa lalu. Perjalanan darat yang melewati padang pasir membuat banyak jamaah menjadi korban begal.

“Kalau di sana ada 10 begal, ya kita harus bawa pengawal 20 orang,” ujarnya. Bahkan ada yang sampai menyewa penjaga dari kelompok silat seperti Pagar Nusa atau Banser demi keamanan.

Lucunya, dalam pengajian itu Gus Baha juga menceritakan kisah putrinya yang ingin ikut bela diri agar bisa melindungi diri ketika berangkat haji.

Ia berkata, “Pak, saya boleh ikut PN nggak?” PN yang dimaksud adalah Pagar Nusa. Gus Baha, dengan gaya khasnya yang jenaka, menjawab bahwa syaratnya harus pakai sabuk hitam agar terlihat keren.

Namun di balik guyonan itu, ada pesan serius: keamanan dalam berhaji dulunya adalah sesuatu yang mahal. Dalam fatwa beberapa ulama terdahulu, jika seseorang memiliki harta lebih, maka dia tetap wajib berhaji walau harus mengeluarkan dana tambahan besar untuk pengamanan.

Baca Juga:Ini Cara Daftar Paket Khusus Indosat Ooredoo Hutchison saat Ibadah Haji

“Misalnya ongkos haji 100 juta, biaya keamanan 100 juta, ya tetap wajib karena dia mampu,” jelas Gus Baha.

Banyak Calon Jamaah Haji Nyasar

Ia juga menyampaikan bahwa sistem keamanan baru di negara-negara Timur Tengah seperti Irak dan Arab Saudi telah banyak berubah sejak dulu.

Dulu Irak, misalnya, sempat menjadi sarang kriminal yang membahayakan jamaah. Tapi dengan berkembangnya institusi negara dan kepolisian, keamanan jamaah semakin terjamin. Hal ini juga berlaku di Indonesia.

“Dulu itu kalau orang Indonesia mau haji, seringnya lewat Singapura dulu, terus nyasar ke mana-mana, kadang malah tersesat,” kata Gus Baha. Buyut beliau sendiri konon membutuhkan waktu setahun untuk bisa kembali ke rumah setelah berhaji.

“Setahun hilang, baru pulang. Itu pun sakit-sakitan,” imbuhnya sebagaimana dikutip dari YouTube Sing Penting Ngaji.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak