Sebagian orang menanam bunga melati di halaman rumah sebagai simbol perlindungan dari gangguan makhluk halus. Konon, rumah yang ditanami bunga melati akan lebih “dingin” secara energi, dan tidak disukai oleh entitas yang berniat jahat.
7. Melati dan Malam Jumat
Mitos lain yang cukup populer adalah kaitan bunga melati dengan malam Jumat. Banyak yang percaya bahwa bunga ini menjadi "penghantar" energi spiritual yang meningkat pada malam tersebut. Sebagian bahkan meyakini bunga melati sebagai alat komunikasi dengan alam gaib saat malam Jumat Kliwon.
8. Tidak Boleh Diinjak atau Dibuat Mainan
Baca Juga:Tanpa Aplikasi, Tanpa Ribet! Begini Cara Download Lagu Mp3 Menggunakan Mp3Juice Langsung dari HP
Dalam tradisi Jawa, bunga melati sangat dihormati. Anak-anak dilarang memainkan atau menginjak bunga ini sembarangan. Dikhawatirkan, hal itu bisa mendatangkan gangguan atau “marah” dari makhluk halus penjaga bunga tersebut.
9. Membuka Pintu Spiritualitas
Banyak pelaku spiritual percaya bahwa wangi bunga melati bisa meningkatkan kualitas meditasi, doa, atau dzikir. Bunga ini dipercaya bisa membuka cakra-cakra spiritual dan menjernihkan hati saat digunakan dalam ritual kebatinan.
Mitos atau Fakta? Semua Tergantung Keyakina
Sebagian dari Anda mungkin menganggap cerita-cerita ini hanya mitos, sementara yang lain meyakininya sebagai bagian dari warisan budaya dan spiritual.
Baca Juga:Generasi Muda Hilang Arah? Wakil Ketua DPRD Jateng Ingatkan Soal Akar Budaya
Namun yang pasti, bunga melati memang memiliki tempat tersendiri dalam kehidupan masyarakat Indonesia—bukan hanya sebagai tanaman hias, tetapi juga sebagai penghubung antara dunia fisik dan spiritual.
Apakah Anda pernah mengalami hal aneh terkait bunga melati? Atau punya cerita sendiri soal aroma yang muncul tiba-tiba di malam hari? Terlepas dari benar atau tidaknya, mitos bunga melati sudah menjadi bagian dari kearifan lokal yang layak dihargai.
Kalau Anda penasaran, tidak ada salahnya mencoba merasakan energi bunga melati sendiri—tentu dengan niat baik dan hati yang bersih.
Kontributor : Dinar Oktarini