SuaraJawaTengah.id - Upacara Pembukaan Pendidikan dan Pelantikan Siswa Angkatan ke-36 SMA Taruna Nusantara, menjadi ajang reuni para alumni. Sekolah prestisius yang melahirkan banyak penjabat sipil dan militer.
Mereka antara lain Menko Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono, Menteri Luar Negeri, Sugiono, dan Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi.
Sugiono dan AHY adalah teman seangkatan saat lulus dari SMA Taruna Nusantara tahun 1997 (angkatan TN 5). Sedangkan Prasetyo Hadi lulus dari Taruna Nusanara setahun setelahnya (angkatan TN 6).
Menurut catatan, 11 alumni SMA Taruna Nusantara dari angkatan ke 3 hingga 15 saat ini menduduki berbagai jabatan pembantu Presiden Prabowo Subianto.
Baca Juga:Sambut Ajaran Baru 2025: Ini 6 Rekomendasi Toko Alat Tulis Terlengkap di Semarang!
Dari angkatan tertua, Deputi Bidang Pendanaan dan Investasi Otoritas Ibu Kota Nusantara, Agung Wicaksono (angkatan TN 3) hingga yang termuda, Sekretaris Kabinet, Teddy Indra Wijaya (angkatan TN 15).
“Saya menyampaikan kepada para siswa baru bahwa amanat dan tanggung jawab dari para pendiri sekolah ini merupakan sesuatu yang besar. Tanggung jawab dan amanat yang harus ditunaikan,” kata Menlu Sugiono yang juga Ketua Lembaga Perguruan Taman Taruna Nusantara (LPTTN).
“Saya juga berterima kasih kepada rekan-rekan alumni SMA Taruna Nusantara, pada ulang tahun ke-35 ini bisa hadir di kampus ini.”
Sekolah Unggulan

Tahun ini SMA Taruna Nusantara menerima 1.458 siswa baru. Mereka adalah hasil seleksi dari sekitar 7 ribu pelamar yang mengajukan diri dari seluruh Indonesia.
Baca Juga:Liburan Sekolah Tiba! Ini 5 Rekomendasi Wisata Anak di Jawa Tengah yang Seru, dan Ramah di Kantong
Salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi oleh calon siswa SMA Taruna Nusantara adalah memiliki nilai rapor pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan IPA, minimal 80 per semester.
Nilai rata-rata pada semester 1 hingga 4 untuk mata pelajaran tersebut minimal 85. Siswa berprestasi dibidang olahraga, organisasi, dan seni budaya juga berkesempatan menjadi siswa TN asal mengantongi nilai minimal 75 untuk tiap semester.
Saat berdiri tahun 1990, LPTTN memberikan beasiswa penuh kepada seluruh siswa SMA Taruna Nusantara. Beasiswa penuh dihentikan tahun 2001 karena lembaga pendidikan mengalami kesulitan pembiayaan akibat krisis ekonomi 1997-2000.
Sejak saat itu Lembaga Perguruan Taman Taruna Nusantara menetapkan 3 pilihan biaya pendidikan: Jalur iuran sekolah, kontribusi khusus, dan beasiswa.
Siswa jalur iuran sekolah dan kontribusi khusus, diwajibkan membayar uang pangkal Rp50 juta, uang komite sekolah Rp1 juta, sumbangan sukarela, serta SPP sebesar Rp5 juta per bulan.
Ditambah, peserta didik yang masuk melalui pilihan biaya pendidikan kontribusi khusus, dikenakan kewajiban membayar kontribusi khusus sebesar Rp125 juta.
Siswa yang lolos jalur beasiswa hanya dibebankan membayar sumbangan sukarela sesuai kesanggupan, 1 kali selama menempuh pendidikan di SMA Taruna Nusantara.
Anggaran Infrastruktur
Sebanyak 1.458 siswa baru SMA Taruna Nusantara angkatan 35 tahun 2025, akan disebar ke tiga kampus: Magelang, Malang, dan Cimahi.
Ketua Lembaga Perguruan Taman Taruna Nusantara, Sugiono meminta para siswa baru memahami perjalanan di SMA Taruna Nusantara, bukan sekadar menjalani pendidikan formal tetapi juga menjalani tanggung jawab terhadap bangsa.
“Apa yang tadi kalian ucapkan, janji yang kalian lafalkan adalah komitmen tanggung jawabmu. Bahwa hidupmu ke depan bukan hanya milikmu sendiri, bukan hanya milik keluarga, bukan hanya milik orang-orang dekatmu, tetapi juga menjadi milik bangsa dan negara,” ujar Sugiono.
Pada semester I tahun 2025, Kementerian Keuangan RI telah merealisasikan anggaran sebesar Rp95,74 miliar untuk keperluan infrastruktur SMA Taruna Nusantara di kampus Magelang, Malang, dan Cimahi.
Pagu anggaran yang disiapkan Kementerian Keuangan untuk pembangunan infrastruktur SMA Taruna Nusantara, sejumlah total Rp1,2 triliun.
Menurut Sugiono, dalam waktu dekat Lembaga Perguruan Taman Taruna Nusantara (LPTTN) akan mendirikan tiga kampus baru di wilayah lain.
“Hal ini menunjukkan perhatian beliau (Presiden Prabowo Subianto) yang begitu besar terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia serta masa depan bangsa dan negara.”
Sekolah Swasta Berasrama
![Suasana Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah di SMA Kristen Indonesia, Magelang. [Suara.com/ Angga Haksoro A.]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/15/35228-sma-kristen-indonesia.jpg)
Tidak jauh dari SMA Taruna Nusantara, di Tidar Selatan, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang, berdiri sekolah berasrama lainnya: SMA Kristen Indonesia. Sekolah ini berada dibawah naungan Yayasan Perguruan Kristen Indonesia (YPKI) Magelang.
Pada tahun pelajaran 2025-2026, SMA Kristen Indonesia menerima 16 murid baru dari kapasitas 25 orang per rombongan belajar. Mereka datang dari berbagai daerah di Indonesia.
“Kebetulan tahun ini siswa yang datang agak rata dari beberapa wilayah. Ada dari Lampung, Papua, Jawa Barat, Jakarta, dan Jawa Tengah. Angkatan sebelumnya dominan dari Papua,” kata Humas SMA Kristen Indonesia, Agnes Wiwien Prasetyati.
Meski jumlah siswa baru lebih sedikit dari kuota satu rombogan belajar, jumlah itu telah memenuhi kapasitas penghuni asrama. Karena memiliki keterbatasan lahan dan gedung, SMA Kristen Indonesia hanya mampu menampung 78 siswa dari kelas X hingga XII.
“Kami ada keterbatasan tempat. Kamar cukup sebenarnya menampung 90 tempat tidur. Tapi ruang makan dan sarana lainnya kurang memadai. Kami kemudian hanya bisa menerima 75 sampai 78 siswa.”
Menurut Wiwien, operasional sekolah dan keperluan siswa antara lain dibiayai melalui SPP bulanan, dana BOS, dan Program Indonesia Pintar. Alokasi anggaran itu dirasa masih kurang karena sekolah juga menerima siswa dari keluarga tidak mampu yang dibebaskan dari biaya sekolah.
Selain mengumpulkan bantuan dari donasi dan sumbangan para alumni, sekolah menerapkan subsidi silang dari siswa keluarga mampu untuk membantu pembiayaan keperluan siswa yang tidak mampu.
Sebagai sekolah asrama, SMA Kristen Indonesia tidak hanya membiayai keperluan siswa untuk belajar, tapi juga akomodasi, tempat tinggal dan makan.
Wiwien berharap, selain memberi perhatian untuk sekolah negeri, pemerintah juga memberi bantuan untuk operasional sekolah-sekolah swasta.
“Kami berharap ada bantuan bantuan dalam bentuk lain (dari pemerintah). Kami ingin berbagi berkat kepada anak dari seluruh Indonesia. Terutama mereka yang punya kemauan belajar, tapi di daerahnya tidak memungkinkan.”
Kontributor : Angga Haksoro Ardi