5. Perlakukan Saudara Kandung dengan Penuh Hormat
Dalam konteks keluarga, Buya mengingatkan agar tidak menjadi ahli waris yang durhaka. Merampas hak saudara, menyakiti adik atau kakak, dan memutus tali silaturahmi adalah bentuk nyata durhaka kepada orang tua yang sudah wafat.
Muliakan saudaramu seperti memuliakan anak dan teman orang tuamu. Jika Anda kakak, anggap adik sebagai anak. Jika Anda adik, anggap kakak sebagai pengganti ibu atau ayah.
6. Mohon Ampun untuk Kesalahan kepada Guru atau Murid Lama
Bukan hanya orang tua—jika Anda pernah menyakiti murid, guru, atau siapa pun yang kini sulit dilacak keberadaannya, beristighfarlah dan doakan mereka. Buya mencontohkan, “Ya Allah, aku pernah punya murid, aku mungkin pernah bersalah, ampunilah aku dan dia.”
Ketulusan hati lebih penting daripada kehadiran fisik. Allah Maha Pengampun, dan setiap doa tulus memiliki kekuatan besar untuk membuka pintu ampunan.
7. Terus Berbuat Baik sebagai Bukti Bakti
Akhirnya, bentuk bakti bukan hanya ritual. Tapi adalah komitmen berbuat baik terus-menerus atas nama dan sebagai warisan dari orang tua. Jadilah anak yang lebih lembut, lebih sabar, lebih penyayang—karena itulah harapan setiap orang tua untuk anaknya, bahkan setelah mereka tiada.
Bakti bukan sekadar bentuk perasaan, tapi juga tindakan. Maka jika Anda ingin meminta maaf kepada orang tua yang sudah meninggal, berubahlah menjadi anak yang lebih baik. Itulah maaf sejati yang akan sampai kepada mereka.
Baca Juga:MUI Haramkan Beli Produk Pro Israel, Buya Yahya Sepakat: Itu Bab Iman!
Minta maaf kepada orang tua yang telah meninggal bukanlah hal mustahil. Justru di situlah letak keikhlasan sejati. Tak ada lagi yang bisa kita berikan selain doa, amal, dan perubahan diri menjadi anak yang lebih saleh.
Seperti pesan Buya Yahya, “Kalau Anda serius, Allah pasti dengar. Tapi jangan cuma bicara. Buktikan dengan amal.”
Kontributor : Dinar Oktarini