SuaraJawaTengah.id - Cerita rakyat Nusantara menyimpan kisah-kisah mistis yang tak hanya menghibur, tapi juga mengajarkan filosofi kehidupan dan kebudayaan.
Salah satu legenda menarik dari Tanah Sunda adalah tentang Sapi Gumarang, sang raja hewan yang sakti, dan Raden Sulanjana, satria sakti dari Kerajaan Galuh yang berjuang menyelamatkan padi dari kehancuran.
Dikutip dari YouTube Sejarah dan Mitos, berikut tujuh fakta epik dan menarik dari kisah ini yang patut kamu ketahui.
1. Asal-usul Dewi Padi dari Tetesan Air Mata Naga
Baca Juga:7 Khasiat Mistis dan Manfaat Bunga Anggrek yang Jarang Diketahui
Legenda ini bermula dari Sang Hyang Bataraguru, penguasa tiga alam: dunia dewa, manusia, dan hewan. Ia memerintahkan para makhluk untuk membantu membangun keraton. Salah satu makhluk yang patuh adalah Naga Anta, dewa ular, yang dengan susah payah mengangkut batu sambil menangis.
Dari air matanya jatuh tiga tetesan yang berubah menjadi telur. Satu telur menetas menjadi Dewi Sri atau Sang Hyang Sri, yang kelak dikenal sebagai Dewi Padi.
Setelah wafat karena sakit rindu, jasadnya ditanam dan dari pusaranya tumbuh padi dan bambu, simbol makanan pokok masyarakat Nusantara.
2. Padi Pertama Hanya Tumbuh di Galuh
Setelah kematian Dewi Sri, tanaman padi hanya tumbuh di Kerajaan Galuh Pakuan. Rakyatnya pun mulai meninggalkan makanan pokok seperti gandum dan kunyit, dan beralih ke beras.
Baca Juga:2 atau 1 Unyeng-unyeng di Kepala? Ini Mitosnya Menurut Kepercayaan Jawa
Namun, kemakmuran ini membuat iri kerajaan tetangga yang gagal membeli padi dari Galuh. Rasa sakit hati itulah yang memicu konflik besar dalam legenda ini.
3. Kemunculan Sapi Gumarang, Raja Segala Hewan
Rasa dendam dari kerajaan tetangga disalurkan kepada Sapi Gumarang, makhluk sakti berbentuk sapi yang memimpin semua hewan, termasuk macan dan singa.
Sapi Gumarang juga memiliki pasukan dari makhluk gaib seperti Budu Basu, manusia berbadan anjing, dan Sang Kalabuat, raksasa buta.
Sapi Gumarang lalu menggerakkan hewan-hewan perusak seperti tikus dan celeng (babi hutan) untuk menghancurkan ladang padi milik rakyat Galuh.
4. Raden Sulanjana Turun Tangan