5 Contoh Kebohongan yang Diperbolehkan
Berdasarkan dalil-dalil tersebut, para ulama merinci beberapa situasi spesifik di mana kebohongan demi kebaikan menjadi pilihan yang dibenarkan syariat. Berikut adalah lima di antaranya:
1. Demi Mendamaikan Pihak yang Berseteru
Untuk meredakan konflik dan permusuhan, seseorang boleh mengatakan hal yang tidak sepenuhnya benar kepada pihak yang bertikai. Misalnya, mengatakan kepada si A bahwa si B sebenarnya memujinya, padahal tidak, dengan tujuan melunakkan hati mereka dan membuka jalan perdamaian.
2. Strategi dalam Peperangan
Dalam peperangan yang sah untuk membela agama dan negara, taktik dan strategi untuk mengecoh musuh adalah hal yang diperbolehkan. Menyampaikan informasi palsu untuk mengelabui lawan, melindungi pasukan, dan meraih kemenangan dianggap sebagai bagian dari siasat perang yang dibenarkan.
Baca Juga:Manunggaling Kawula Gusti: Ajaran Syekh Siti Jenar Sempat Lebih Populer dari Wali Songo
3. Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga
Ucapan yang tidak sepenuhnya jujur demi menyenangkan hati pasangan diperbolehkan untuk menjaga keutuhan rumah tangga. Contoh sederhana adalah seorang suami yang memuji masakan istrinya dengan mengatakan "enak" meskipun rasanya kurang pas, tujuannya semata-mata untuk menghargai usaha dan menjaga perasaannya.
4. Melindungi Jiwa, Harta, dan Kehormatan
Ketika dihadapkan pada ancaman dari perampok atau penguasa zalim, berbohong untuk menyelamatkan nyawa, harta benda, atau kehormatan diri dan orang lain hukumnya bisa menjadi wajib. Misalnya, menyangkal memiliki harta saat dihadang penjahat demi keselamatan.
5. Mencapai Tujuan yang Wajib
Jika suatu tujuan yang hukumnya wajib (seperti menyelamatkan seorang Muslim dari pembunuhan) tidak bisa dicapai kecuali dengan berbohong, maka berbohong pada saat itu menjadi wajib. Hukum kebohongan dalam hal ini mengikuti hukum tujuannya; jika tujuannya mubah (boleh), maka berbohongnya pun mubah.