Menurutnya, dalam kondisi seperti sekarang, rakyat seharusnya mendapat bantuan, bukan malah dibebani.
"Kondisi ekonomi rakyat saat ini belum bagus maka kalau perlu disubsidi dulu bukan malah ditarik pajak tinggi. Rencana menaikkan pajak yang tidak wajar dibatalkan saja menunggu kondisi ekonomi membaik."
![Massa saat menggelar aksi di Jalan Jendral Sudirman, Jakarta, Jumat (29/8/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/08/30/26971-demo-29-agustus-2025-di-jakarta-kerusuhan-29-agustus-di-jakarta.jpg)
Di sisi lain, Adib juga menyoroti pentingnya keteladanan dari para elit. Upaya efisiensi anggaran pemerintah harus diimbangi dengan gaya hidup sederhana dari para pejabat di semua lini, mulai dari eksekutif, legislatif, yudikatif, hingga BUMN.
"Dengan bahasa lain hendaklah semua pejabat lebih empati dengan penderitaan rakyat," katanya.
Baca Juga:Demo Anarkis Bisa Picu Tragedi 98, Akademisi UIN: Ada Oknum Sistematis di Balik Kerusuhan!
Ia mengingatkan para pejabat untuk berhati-hati dalam mengeluarkan pernyataan, sebab watak bangsa Indonesia adalah pejuang yang tidak akan diam melihat ketidakadilan.
Meski begitu, ia tetap menyerukan agar perjuangan menyuarakan aspirasi dilakukan dengan cara yang beradab.
"Perjuangan harus dilakukan dengan santun dan damai tidak melakukan perbuatan anarki, pembakaran dan penjarahan yang merusak fasilitas umum."
"Untuk itu sebaiknya semua pihak menahan diri dan kita tunggu kebijakan pemerintah yang pro rakyat diwujudkan oleh Presiden Prabowo," pungkasnya.
Baca Juga:Indonesia Membara: Suara Akademisi di Tengah Amuk Massa, Rakyat Muak Elit Hidup Mewah