Bagi Sindhunata Gesit, Ketua Teater Lingkar Semarang sekaligus seorang dalang muda, kegiatan ini adalah bukti bahwa budaya Jawa tetap relevan jika disajikan secara luwes. Ia sadar betul tantangan zaman di tengah gempuran budaya luar.
“Saya nggak menampik dengan kehadiran budaya luar karena yang namanya kesenangan tidak bisa dipaksa, tapi tradisi warisan budaya bangsa jangan ditinggalkan. Gamelan, ketoprak, wayang orang silakan tetap ditonton,” tegasnya.
Sindhu kerap melakukan riset mengenai kesenian yang disukai anak muda. Hasilnya ia gunakan untuk mengkolaborasikan seni tradisi dengan unsur kekinian, agar wayang kulit dan gamelan bisa dicintai lintas generasi.
“Dalam seni, tidak ada yang benar atau salah. Yang penting adalah keterhubungan antara penonton dan karya,” tambahnya.
Baca Juga:Sikap Rektor UNNES Soal Misteri Kematian Iko Juliant: Tunggu Aduan Keluarga!
Hari itu, Sanggar Seni Teater Lingkar bukan hanya menjadi ruang belajar musik, tetapi juga ruang perjumpaan lintas bangsa.
Dari jemari musisi Belanda hingga suara dalang muda Jawa, tercipta harmoni yang membuktikan bahwa seni adalah bahasa universal yang mampu menjadi jembatan persahabatan dunia.