- Desa Legetang di Dieng hilang semalam pada 1955, diduga tertimbun longsor besar dari Gunung Pengamun-amun.
- Sebanyak 351 jiwa tewas, hanya dua yang selamat; peristiwa ini diyakini akibat azab atas perilaku maksiat.
- Hingga kini desa tak ditemukan, kisahnya jadi legenda dan peringatan agar manusia tak sombong pada Tuhan.
SuaraJawaTengah.id - Di balik keindahan dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah, tersimpan kisah kelam yang hingga kini masih jadi misteri. Sebuah desa bernama Legetang dikabarkan lenyap dalam semalam akibat peristiwa luar biasa pada tahun 1955.
Peristiwa ini tidak hanya meninggalkan luka, tetapi juga menjadi pengingat akan kebesaran kuasa Tuhan yang berada di luar batas logika manusia.
Sebagaimana dikutip dari YouTube Jazirah Ilmu, berikut lima fakta mengerikan tentang Desa Legetang yang konon hilang seketika, dan masih menjadi bahan perbincangan sampai hari ini.
Berikut lima fakta mengerikan tentang Desa Legetang yang konon hilang seketika, dan masih menjadi bahan perbincangan sampai hari ini.
Baca Juga:Pesona Magis Ruwatan Rambut Gimbal Dieng, Ribuan Wisatawan Terpukau di Puncak DCF 2025
1. Desa yang Kaya dan Makmur Sebelum Tragedi
Sebelum tragedi terjadi, Legetang dikenal sebagai salah satu desa paling makmur di kawasan Banjarnegara. Letaknya berada di dataran tinggi Dieng dengan tanah yang sangat subur. Apa pun yang ditanam di sana tumbuh dengan hasil melimpah.
Sebagai contoh, semangka yang biasanya hanya berbobot enam kilogram di daerah lain, di Legetang bisa mencapai dua belas kilogram. Penduduknya hidup berkecukupan, banyak yang menjadi saudagar dan petani sukses.
Namun kemakmuran itu membawa konsekuensi. Banyak warga yang terlena oleh kenikmatan dunia. Setiap malam mereka berpesta, berjudi, mabuk-mabukan, hingga melakukan hal-hal maksiat. Kesenian seperti lengger yang semula sakral berubah menjadi hiburan penuh perilaku menyimpang.
Beberapa sumber bahkan menyebut kemaksiatan di desa ini sudah melampaui batas manusiawi.
Baca Juga:Goodbye Jazz Atas Awan! Dieng Culture Festival 2025 Pilih Kembali ke Akar Budaya
2. Pertanda Aneh Sebelum Musibah Datang
Beberapa hari sebelum tragedi, warga Legetang mulai menyaksikan kejadian tak biasa. Hewan-hewan liar seperti monyet, babi hutan, dan kera turun dari Gunung Pengamun-amun dan berkeliaran di sekitar desa.
Fenomena ini membuat penduduk resah karena mereka percaya hewan liar kerap menjadi pertanda alam bahwa akan terjadi bencana besar.
Sebagai bentuk antisipasi, warga mengadakan musyawarah desa. Mereka memutuskan untuk menggali parit di lembah gunung agar jika terjadi longsor, desa tetap aman. Parit pun dibuat bersama-sama dengan semangat gotong royong.
Namun siapa sangka, upaya itu tidak mampu mencegah datangnya malapetaka yang jauh di luar perhitungan manusia.
3. Malam Mencekam 17 April 1955