Borobudur Mawayang: Sujiwo Tejo dan Sindhunata Hidupkan Kisah Ambigu Sang Rahvana

Borobudur Mawayang sajikan lakon "Sang Rahvana" oleh Ki Sujiwo Tejo & Ki Sindhunata, soroti sisi lain Rahwana. Acara ini dukung visi wisata hijau Borobudur.

Budi Arista Romadhoni
Senin, 15 Desember 2025 | 08:02 WIB
Borobudur Mawayang: Sujiwo Tejo dan Sindhunata Hidupkan Kisah Ambigu Sang Rahvana
Pertunjukan wayang kulit dari Budayawan Ki Sujiwo Tejo, di Pendopo Kampung Seni Borobudur (KSB) pada Jumat (12/12/2025).
Baca 10 detik
  • Pertunjukan wayang kulit "Sang Rahvana" digelar di Pendopo KSB pada Jumat (12/12/2025) oleh Ki Sujiwo Tejo dan Ki Sindhunata.
  • Lakon ini menyajikan interpretasi mendalam tentang sosok Rahwana yang berjuang demi kemakmuran Alengka Diraja.
  • Acara ini mendukung visi wisata berkelanjutan TWB, menampilkan infrastruktur ramah lingkungan di Kampung Seni Borobudur.

SuaraJawaTengah.id - Langit jingga di kawasan Candi Borobudur menjadi saksi bisu saat kisah Sang Dasamuka dibentangkan dalam sebuah pertunjukan megah.

Acara bertajuk Borobudur Mawayang dengan lakon "Sang Rahvana" sukses memukau ratusan penonton di Pendopo Kampung Seni Borobudur (KSB) pada Jumat (12/12/2025) sore.

Pagelaran ini bukan sekadar pertunjukan wayang kulit biasa. Di tangan dua maestro, budayawan Ki Sujiwo Tejo dan Ki Sindhunata G.W., kisah Rahwana disajikan dengan interpretasi yang lebih dalam dan ambigu, jauh dari citra antagonis murni yang selama ini melekat.

Lakon ini menyoroti sisi lain Rahwana, seorang raja yang tindakannya didasari oleh cinta pada tanah airnya, Alengka Diraja. Sebuah narasi yang mengajak penonton untuk merenung, seperti tertuang dalam pengantar lakon oleh Sindhunata Gesit.

Baca Juga:Dari Borobudur hingga Mandalika: Gugat 'Ilusi' Wisata Bali Baru

"Rahwana adalah raja dari negara Alengka Diraja. Dia rela melakukan apa saja demi Alengka di dada, baik-buruk ia terjang untuk kemakmuran negri tercintanya. Semua saudara dan anak-anaknya telah gugur di medan perang Brontoyudo Palwogo-Kolo, peperangan antara bangsa kera dan raksasa. Bisa kah Rahwana mengalahkan Sri Rama Wijaya dan menikahi Sinta pujaan hatinya? Mari kita saksikan," demikian penggalan sinopsisnya.

Kolaborasi dalang lintas generasi ini menjadi daya tarik utama. Ki Sujiwo Tejo dan Ki Sindhunata menghidupkan setiap adegan dengan pendekatan artistik yang modern, dirancang untuk memberikan pengalaman pewayangan dalam format panggung yang lebih luas dan imersif.

"Lakon Rahvana dirancang sebagai pertunjukan pada Jumat sore yang diposisikan sebagai momentum budaya di kawasan Borobudur," ungkap Ki Sujiwo Tejo.

Visi Hijau di Balik Panggung Budaya

Pertunjukan wayang kulit Ki Sindhunata G.W., di Pendopo Kampung Seni Borobudur (KSB) pada Jumat (12/12/2025).
Pertunjukan wayang kulit Ki Sindhunata G.W., di Pendopo Kampung Seni Borobudur (KSB) pada Jumat (12/12/2025).

Pagelaran Borobudur Mawayang ini juga menjadi bagian dari rangkaian perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-1 Kampung Seni Borobudur.

Baca Juga:Kisah Pilu dari Ngaran Krajan: Kampung Juru Kunci Candi Borobudur yang Digusur dan Dilupakan

PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (TWB) selaku pengelola menegaskan acara ini selaras dengan visi pengembangan destinasi wisata berkonsep hijau dan berkelanjutan.

Direktur PT Taman Wisata Borobudur, Mardijono Nugroho, menjelaskan bahwa KSB dibangun sebagai katalisator progresif untuk pariwisata ramah lingkungan.

“Kampung Seni Borobudur tidak hanya estetik, tetapi juga futuristik. Infrastruktur tanpa kabel udara atau underground cabling menghadirkan lanskap yang bersih dan rapi. Penambahan panel surya serta penanaman pohon hari ini semakin memperkuat ekosistem hijau Borobudur,” jelas Mardijono.

Lebih lanjut, ia menyebut kolaborasi dengan Teater Lingkar Semarang dalam pagelaran wayang ini merupakan upaya untuk merevitalisasi narasi luhur pewayangan.

Harapannya, wayang bisa kembali menjadi media refleksi sekaligus hiburan yang edukatif bagi masyarakat luas, terutama generasi muda.

“Kami bekerja sama dengan Teater Lingkar Semarang menghadirkan dalang lintas generasi. Pagelaran ini diharapkan menghidupkan kembali narasi luhur pewayangan sebagai media refleksi dan hiburan edukatif bagi masyarakat,” pungkas Mardijono.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak