Begitu pula di area perkebunan warga. Lahan yang sedianya berisi sumber makanan, kini lebih banyak ditanami kayu-kayuan. Karena kesulitan, monyet pun jadi lari ke perkampungan untuk cari makan.
Sekretaris Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Masjid Saka Tunggal Cikakak, Jarwoto Andi Purnomo mengakui, sudah mulai ada sejumlah monyet yang turun ke permukiman warga di tengah musim kemarau ini. Namun sesuai pengamatan pihaknya, jumlahnya masih relatif sedikit.
“Musim kemarau ini belum terlalu banyak (monyet yang masuk ke perkampungan), karena musim liburan kemarin banyak pengunjung jadi banyak yang kasih makan. Jadi wisatawan yang kasih makan itu sangat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan makan bagi monyet,” kata Jarwoto.
Ia menghitung, populasi monyet di Cikakak saat ini sudah mencapai ribuan. Mayoritas dari mereka bernaung di hutan.
Baca Juga: Monyet Pegang HP dan Selfie, Christian Sugiono Ikutan Terjepret...
“Sistemnya mereka berkelompok. Terhitung ada 5 kelompok monyet, sekaligus tempat bernaung di hutan," katanya.
Kebun Buah untuk Monyet
Sementara itu, untuk menyetop kelakuan nakal dan usil dari kawanan monyet liar yang masuk ke pemukiman. Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat menggagas pembuatan kebun buah.
Sekretaris Pokdarwis Masjid Saka Tunggal Desa Cikakak, Jarwoto Andi Purnomo mengatakan, kebun buah itu rencananya akan disiapkan di kawasan wisata.
Untuk diketahui, area wisata di wilayah itu menitikberatkan pada keberadaan Masjid Saka Tunggal Baitussalam. Di sekeliling masjid bersejarah ini terdapat area lapang dan makam yang menjadi tempat peristirahatan terakhir masyarakat setempat, semenjak pendahulunya.
Baca Juga: Viral, Monyet Acungkan Jari Tengah saat Ganggu Turis Berfoto di Bali
Pada kompleks area tanah lapang itulah digagas akan disiapkan kebun buah untuk menjadi sumber makanan bagi monyet.
Berita Terkait
-
Ratusan Monyet Liar Serbu Kantor Polisi di Thailand
-
Lewat Program Kolam Pipi Monyet, Dharma Pongrekun Sesumbar Bikin Banjir Jadi Anugerah Warga Jakarta
-
Puluhan Monyet Kabur dari Fasilitas Penelitian Medis di Carolina Selatan
-
Dua Tahun Direhabilitasi, Mini si Bayi Monyet Siap Kembali ke Pelukan Alam
-
Waspada! Wabah Mpox di Afrika Tidak Terkendali, 1.100 Orang Tewas
Terpopuler
- Diminta Cetak Uang Kertas Bergambar Jokowi, Reaksi Bank Indonesia di Luar Prediksi: Kalau Gitu...
- Ragnar Oratmangoen Akui Lebih Nyaman di Belanda Ketimbang Indonesia: Saya Tidak Menonjol saat...
- Warga Jakarta Jangan Salah Nyoblos Besok, YLBHI Bongkar 'Dosa-dosa' Cagub Nomor Urut 2 Dharma Pongrekun
- Pelatih Jay Idzes: Saya Tidak Senang, Ini Memalukan!
- Pratiwi Noviyanthi Ditinggal Pengacara Usai Tak Mau Selesaikan Kisruh Donasi Pengobatan Agus Salim
Pilihan
-
Pandji Pragiwaksono Sindir Sembako 'Bantuan Wapres Gibran' Pencitraan: Malah Branding Sendirian
-
Bansos Beras Berlanjut Hingga 2025, Siapa Saja yang Dapat?
-
Review Jelly Master, Game Mukbang Gratis yang Menggemaskan
-
Tak Ada Muka Jokowi, Ini Daftar Pahlawan di Uang Kertas Rupiah
-
Jelang Akhir Pekan, Harga Emas Antam Berbalik Merosot
Terkini
-
Ahmad Luthfi-Taj Yasin Menang, Partai Golkar Jateng: Kerja Keras Seluruh Elemen
-
Waspada! Semarang Berpotensi Hadapi Hujan Lebat dan Angin Kencang Selama Sepekan ke Depan
-
Akademisi UIN Walisongo Soroti Praktik Politik Uang dan Lemahnya Peran Bawaslu di Pilkada 2024
-
Misteri Tewasnya Siswa SMK di Semarang: Polisi Bongkar Makam untuk Ungkap Fakta!
-
Hasil Sementara Pilkada Kendal: Tika-Benny Unggul Signifikan, Ajak Rival Bersatu