SuaraJawaTengah.id - Kemacetan di Jakarta rupanya tidak melulu soal lalu lintas kendaraan. Untuk urusan pembayaran kambing kurban dari sejumlah penyetok di Ibu Kota Jakarta kepada pemasok dari Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah juga terkadang macet.
Satu di antaranya dirasakan juragan kambing asal Kecamatan Karangpucung, Kabupaten Cilacap, Satum. Pria berperawakan jangkung ini mengaku sudah sudah beberapa kali mengalami kendala keuangan dalam bisnis jual beli kambing ke daerah Jakarta.
Satum menjadi satu dari sekian banyak juragan kambing yang rutin mengirim kambing kurban ke Jakarta jelang Idul Adha. Pengirimannya ditujukan untuk pengepul di sejumlah titik di Jakarta.
Model penjualannya mengutamakan rasa saling percaya. Sejumlah pengepul lebih dulu memesan kambing dalam hitungan banyak dengan jaminan uang muka atau dikenal down payment (DP). Untuk pelunasannya dibayarkan setelahnya.
Untuk memenuhi pesanan itu, Satum biasanya membeli di Pasar Kambing Desa Karangpucung. Selain dekat dari tempat tinggalnya, populasi kambing kurban di pasar kambing terbesar di Cilacap itu melimpah.
Pengalaman dalam beberapa tahun sebelumnya, Satum sudah terbiasa mengirim sekitar 600 ekor untuk melayani kebutuhan kambing kurban di Jakarta. Kambing dibawa menggunakan truk atau pikap dengan menyesuaikan barang bawaan.
Dalam hitungan Satum, satu truk mampu mengangkut 100 ekor kambing. Sedangkan satu pikap kapasitasnya 60-70 ekor kambing.
Namun tak disangka, proses pelunasan dari sejumlah pengepul di sana terkadang suka macet. Alih-alih dapat untung besar, warga Kecamatan Karangpucung ini kesulitan untuk belanja kambing lagi.
Dari pengalaman itu, Satum mulai hitung-hitungan dalam pengiriman kambing kurban ke Jakarta.
Baca Juga: Jelang Idul Adha, Juragan Kambing Cilacap Kebanjiran Pesanan dari Jakarta
“Sekarang kalau kirim nggak berani banyak-banyak. Karena itu, (sejumlah pengepul) di sana kadang suka macet (bayarnya),” kata Satum ditemui Suara.com, Senin (29/7/2019).
Satum juga memilih untuk tidak langsung memenuhi setiap permintaan dari masing-masing pengepul kambing kurban di Jakarta. Dia memilih untuk menunda pengiriman bila kesan pengepul tidak meyakinkan.
“Harus lihat-lihat orangnya, sama DP pembayarannya berapa. Kalau DP paling satu atau dua persen ya, nggak berani (kirim). Tapi kalau DP sudah 50 persen ke atas ya, baru (berani kirim),” kata dia.
Pria yang usianya belum genap 60 tahun ini mengaku, model hitung-hitungan dalam pengiriman kambing kurban sudah berlangsung dalam tiga tahun terakhir.
“Dalam tiga tahun terakhir ini, saya kirimnya paling-paling sekitar 200 ekor saja. Sebelumnya sih sampai 600 ekor,” kata dia.
Sesuai pengakuan pengepul di sana, lanjut Satum macetnya pembayaran itu karena terkadang tidak semua kambing laku terjual.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Dari Reruntuhan Menuju Harapan, Kementerian PU Bangun Kembali Ponpes Darul Mukhlisin Pascabanjir
-
10 Wisata Jepara Terpopuler yang Wajib Kamu Kunjungi Saat Libur Akhir Tahun 2025
-
BRI Blora Berbagi Kebahagiaan di HUT ke-130: Santunan untuk Anak-anak SLB Negeri Japon
-
Perbandingan Suzuki Karimun Kotak vs Hyundai Atoz Mana Lebih Cocok untuk Harian
-
Lelang on The Street, BRI Sapa Warga di CFD Blora, Kenalkan Peluang Investasi dan Kemudahan BRImo