Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Rabu, 25 September 2019 | 19:53 WIB
Santri dari Pondok Pesantren Annur 2 Bululang Kabupaten Malang, Jawa Timur, Hakam Mabruri saat singgah di Purwokerto, Jawa Tengah, Rabu (25/9/2019). [Suara.com/Teguh Lumbiria]

Lantas, apa saja yang dipersiapkan untuk bekal dalam perjalanan yang kelewat jauh dan lama itu?

Ayah satu anak tersebut mengaku tidak secara berlebih dalam menyiapkan perbekalan. Terpenting yang sudah disiapkan, yakni pakaian, makanan, dan onderdil sepeda yang didapatkan dari para sponsor dan donatur.

Untuk keperluan uang saku, pria yang kesehariannya jadi tukang gembala kambing domba tersebut akan berjualan kaos.

"Modal awal saya nol rupiah, uang bukan segala-galanya. Uang bukan hambatan untuk menggapai impian," kata Hakam.

Baca Juga: Kontroversi Film The Santri, Gus Nadir: Karya Seni Tak Perlu Dihajar Ayat

Keyakinan Hakam dapat menempuh perjalanan ekstra jauh dengan bersepeda itu karena sudah teruji. Tepatnya pada akhir tahun 2016, ia bersepeda dari Malang menuju Makkah untuk menunaikan ibadah umrah.

Saat itu, Hakam menempuh perjalanan bersama istrinya.

"Kemarin sempat mau ajak istri lagi. Tetapi enggak boleh sama bapak saya, karena anak masih kecil, baru 14 bulan,” kata Hakam.

Rencana tersebut diapresiasi aktivis Komunitas Hallowin Purwokerto, Hasanudin. Ia mengaku kagum terhadap nyali Hakam yang berani keliling Afrika demi membawa misi perdamaian.

“Semoga berjalan lancar, hati-hati dan sampai tujuan. Mudah-mudahan juga dapat membawa nama harum Indonesia di sana,” kata Hasanudin yang ikut mengawal Hakam dari Kabupaten Kebumen hingga Banyumas.

Baca Juga: The Santri Garapan Livi Zheng Mengecewakan, Wagub Jabar: Tak Usah Tayang

Kontributor : Teguh Lumbiria

Load More