SuaraJawaTengah.id - Dataran Tinggi Dieng bukan hanya tersohor karena pesona wisatanya. Wilayah itu juga kaya peninggalan budaya. Keberadaan beberapa candi di Kompleks Candi Arjuna Desa Dieng Kulon Kecamatan Batur Banjarnegara membuktikan, daerah itu pernah menjadi pusat kejayaan umat Hindu.
Temuan candi yang kini menjelma objek wisata andalan Dieng itu belum mampu menyingkap peradaban Dieng secara utuh di masa lampau. Pasalnya, masih banyak candi atau situs lain, baik yang ditemukan belakangan atau belum ditemukan, serta diduga hilang.
Dugaan masih banyaknya situs yang belum ditemukan di Dieng mengacu pada catatan Sir Thomas Stamford Raffles dalam karyanya berjudul 'The History of Java'. Catatan itu menyebut lebih dari 400 situs atau candi di Dieng. Laporan itu sepertinya bukan isapan jempol.
Temuan batuan candi bukan hal asing bagi warga Dieng. September 2019 lalu, masyarakat Dieng Wetan dikejutkan dengan penemuan batuan candi yang terkubur dalam tanah. Benda purbakala itu ditemukan saat dilakukan penggalian lahan untuk proyek pembangunan rest area. Batuan yang sebagian patah atau tidak utuh lagi itu dikumpulkan untuk penelitian lebih lanjut oleh Badan Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Jateng. Temuan itu sedikit menjawab teka-teki lenyapnya sejumlah candi di Dieng.
Kepala UPTD objek wisata Dieng Aryadi Darwanto mengatakan, di antara situs yang hilang, Candi Prau dan Situs Watu Kelir hanya berada sekitar 20 meter dari lokasi ditemukannya batuan candi itu. Karenanya patut diduga batuan itu adalah material Candi Prau atau situs Watu Kelir yang hilang. Batuan candi juga banyak diambil atau dimanfaatkan warga untuk kepentingan mereka, misalnya untuk bahan bangunan makam atau nisa. Batuan candi mudak ditemukan di makam penduduk Dieng.
Belum terungkap situs yang ditemukan di lokasi bakal rest area itu, kini warga Dieng Wetan kembali dikejutkan dengan penemuan arca Ganesha, Dewa bertubuh manusia dan berkepala gajah oleh petani saat mengolah lahannya. Arca setinggi sekitar 1,4 meter dan lebar 1,2 meter itu ditemukan tanpa kepala. Temuan ini dianggap penting karena merupakan arca terbesar yang ditemukan di Dieng.
Temuan ini juga membangkitkan gairah peneliti untuk menyingkap sejarah peradaban Dieng yang selama ini masih tertutup.
"Masih banyak arca maupun candi yang belum ditemukan sebagaimana data raffles tahun 1800-an, ada 400-an," kata Peneliti Komunitas Cagar Budaya Banjarnegara Dhimas Ferdianto.
Kekhasan Batuan Candi Dieng
Baca Juga: Petani Temukan Arca Ganesha Terbesar di Dieng
Menurut Dhimas, karakter bebatuan andesit yang membentuk candi Dieng beda dengan bebatuan candi atau arca di Magelang atau Klaten. Batuan candi di Dieng relatif lebih ringan sehingga mudah untuk dipindahkan dari tempat asalnya. Ini yang membuatnya rawan dicuri atau dipindahkan hingga keberadaannya terancam.
Selain karakter batuan yang ringan dan mudah dipindahkan, kerusakan atau lenyapnya candi-candi di Dieng dipengaruhi faktor alam. Maklum, ratusan situs atau candi berada di kawasan kaldera gunung api purba. Gunung api Dieng pun hingga sekarang masih aktif. Dalam perjalanan sejarahnya, Dieng kerap mengalami bencana alam akibat aktivitas vulkanik. Intensitas gempa juga sering dalam kurun waktu tahun 1900-2000 an.
Bencana alam itu berpotensi merusak atau melenyapkan bangunan yang ada, termasuk candi. Sejumlah candi seperti Candi Parikesit, Sadewa, Nakula, Nalagareng dan Setyaki pun hilang.
"Bencana memperburuk kondisi situs yang ada. Beberapa menjadi korban, hancur,"katanya
Keberadaan situs di Dieng kian terancam seiring dengan pertambahan penduduk yang cepat. Pemerintah di era kolonial, kata dia, mengeluarkan izin pembebasan tanah untuk warga yang batasannya Gunung Sipandu, Sikendil, sisi Gunung Prahu dan Gunung Pagerkandang.
Pemerintah di rezim Orde Baru (Orba), menurutnya, membuat kebijakan membagikan sertifikat lahan kepada para pendatang, serta penerbitan izin pembukaan lahan untuk pertanian. Kondisi itu tentu saja mengancam keberadaan situs di Dieng.
Berita Terkait
-
Petani Temukan Arca Ganesha Terbesar di Dieng
-
Minta Dicukur Jokowi, Farida Bocah Rambut Gimbal di Dieng Ini Viral
-
Farida, Anak Rambut Gimbal di Dieng yang Ingin Dicukur Jokowi
-
Viral! Bocah Rambut Gimbal dari Dieng Hanya Mau Dicukur oleh Jokowi
-
Kawasan Dataran Tinggi Dieng Banjir Viral di Medsos, Ini Penjelasannya
Terpopuler
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
-
Genjot Konsumsi Akhir Tahun, Pemerintah Incar Perputaran Uang Rp110 Triliun
Terkini
-
7 Perbedaan Toyota Agya G dan Daihatsu Ayla R yang Perlu Kamu Tahu Sebelum Membeli
-
Fitur Reksa Dana BRImo Jawab Kebutuhan Investasi Nasabah Modern Digital
-
5 Mobil Bekas Irit BBM, Harga di Bawah Rp115 Juta, Pilihan Cerdas Keluarga Muda
-
Sambut Pergantian Tahun, Indosat Siapkan Jaringan 5G Terluas di Semarang, dan Pacu Ekonomi Digital
-
Semarang Diguyur Hujan Ringan: Waspada Potensi Banjir Rob dan Dampak Ekonomi