Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Kamis, 19 Maret 2020 | 21:21 WIB
Aktivitas pekerja di salah satu rumah produksi Carica di Dieng Kabupaten Banjarnegara. [Suara.com/Khoirul]

SuaraJawaTengah.id - Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) buah olahan khas Carica di kawasan wisata dataran tinggi Dieng mengeluhkan tingginya harga gula. Selain harganya yang melambung, produsen juga resah karena barang itu langka di pasaran.

Pengusaha Carica asal Dusun Bitingan, Desa Kepakisan Kecamatan Batur, Banjarnegara, Ubaid mengaku, terpaksa mengurangi produksi Carica semenjak harga gula pasir melambung. Jika biasanya memproduksi empat kuintal buah Carica, kini ia hanya mengolah dua kuintal buah itu menjadi manisan.

"Dikurangi produksinya sampai 50 persen,"katanya

Lebih lanjut, ia mengatakan, biasanya bisa membeli gula pasir rafinasi seharga Rp 560 ribu per 50 kilogram. Namun kini harganya melambung hingga Rp 770 ribu per 50 kilogram.

Baca Juga: Harga Gula Pasir di Bantul Terus Melambung, Pedagang: Jualnya Juga Susah

Ubaid tidak hanya pusing karena harga bahan baku produknya itu melambung. Ia kini bingung bagaimana mendapatkan barang itu karena persediannya yang langka. Di toko-toko tempat biasa ia membeli, kini kosong tidak ada barang.

Padahal kebutuhan gula pasir untuk produksi Carica cukup besar. Untuk mengolah 1 kuintal buah Carica, butuh sekitar 30 kilogram gula pasir untuk pemanisnya.

"Ini juga bingung, barangnya langka, di toko-toko kosong,"katanya

Untuk skala industri, Ubaid tidak bisa sembarangan menggunakan pemanis. Bahkan gula pasir yang digunakannya harus rafinasi untuk standar industri. Bukan gula lokal yang biasa untuk konsumsi rumah tangga, meski harganya lebih murah.

Ubaid mengaku tak berani beralih ke gula lokal karena tidak sesuai standar untuk produksi olahan, apalagi memakai pemanis buatan. Ia memilih mengurangi kapasitas produksi asal kualitas produk tetap terjaga. Meski konsekuensinya, omsetnya menurun.

Baca Juga: Harga Gula Pasir di Gresik Tembus Rp 18 Ribu per Kilogram

Ubaid mengatakan, bukan hanya usahanya yang terdampak, ratusan produsen Carica di kawasan Dieng dinilainya mengalami nasib sama. Sebab, gula pasir menjadi bahan baku utama selain buah Carica untuk pembuatan manisan maupun sirup. Mereka sama mengurangi kapasitas produksi hingga pasokan produk Carica dari Dieng otomatis berkurang. Industri ini pun terancam lumpuh jika masalah kelangkaan gula pasir ini tak kunjung teratasi.

"Di sini ada ratusan rumah produksi, belum yang di Wonosobo. Semua mengurangi produksi karena gula langka," katanya.

Ubaid berharap pemerintah mencarikan solusi atas permasalahan ini. Mengingat gula pasir jadi bahan utama pembuatan manisan Carica dan tidak ada barang subtitusinya. Jika sampai Ramadhan kelangkaan gula pasir ini belum teratasi, laju UMKM Carica akan semakin berat.

Ini yang menjadi kekhawatiran Ubaid. Sebab saat itu, permintaan gula pasti semakin meningkat, baik dari pelaku industri maupun masyarakat. Permintaan Carica, baik dalam bentuk buah mentah maupun manisan pun biasanya meningkat.

Kontributor : Khoirul

Load More