Scroll untuk membaca artikel
Dany Garjito
Jum'at, 24 April 2020 | 07:05 WIB
Tiga tempat tidur yang dipisahkan ruang selebar 1,5 meter untuk penghuni rumah isolasi di Desa Sepat, Masaran, Sragen, Selasa (21/4/2020). (Solopos/Tri Rahayu)

Di bagian luar pagar dipasang baliho atau MMT bertuliskan Rumah Isolasi Covid-19 Desa Sepat.

Rumah angker itu sengaja dijadikan tempat karantina khusus bagi pemudik yang membandel atau melanggar komitmen karantina mandiri 14 hari.

Di bagian dalam sebelah utara gedung dipasang tirai-tirai sebagai sekat antartempat tidur.

Tirai-tirai warna hijau itu seperti sekat di bangsal kelas III rumah sakit. Ada enam sekat tetapi hanya tiga ruang yang dipasang tempat tidur.

Baca Juga: Jokowi Larang Mudik, Wali Kota Solo: Masa Pejabat VVIP ke Solo Dikarantina?

Antartempat tidur di rumah angker untuk isolasi pemudik Sragen yang bandel itu dipisahkan satu ruang kosong selebar 1,5 meter.

Sejak dibersihkan dua bulan lalu, rumah berhantu itu baru terisi mulai Kamis (16/4/2020) lalu.

'Semoga saya kuat tinggal di sini'

Heri mengaku lebih enak karantina di rumah karena bisa lihat anak dan istri. Selama tinggal di rumah isolasi angker itu, warga Sragen tersebut hanya bisa melihat anak dan istrinya di depan pintu gerbang pinggir jalan karena tidak boleh masuk.

“Saya imbau para pemudik taati aturan pemerintah. Jangan sampai ikut-ikutan menghuni rumah berhantu. Tempatnya kurang nyaman karena agak angker. Kalau tinggal di sini rugilah. Semoga saya kuat tinggal di sini,” ujar Heri.

Baca Juga: Dua Warga Ogah Dikarantina, Akhirnya Dijebloskan ke Rumah Angker

Rokim dan Arie pun memiliki harapan yang sama agar bisa kuat dan betah tinggal di rumah isolasi itu.

Load More