Rendy Adrikni Sadikin
Senin, 22 Juni 2020 | 10:11 WIB
Celah di pagar jadi akses keluar masuk keluarga miskin di gudang angker wilayah Jajar, Laweyan, Solo, Minggu (21/6/2020). (Solopos/Ichsan Kholif Rahman)

Enggan Merepotkan Orang Tua

Aki itu ia isi daya dua hari sekali. Sekali mengisi daya perlu waktu dua jam. Jika Agus lupa mengisi daya, keluarga miskin itu terpaksa menghabiskan malam dalam gelap gulita di gudang angker di Jajar, Solo, tersebut.

Sementara Agus yang bekerja di salah satu warung wedangan pergi siang pulang pagi-pagi. "Setiap Kamis saya libur, cukup saya habiskan bersama anak-anak di rumah," ujar dia.

Meski harus hidup miskin, Agus mengaku memilih tinggal di bekas gudang itu ketimbang merepotkan keluarganya di Kerten, Solo. Apalagi orang tuanya juga tinggal di rumah kontrakan dan selain ibunya, sudah ada kakak dan tiga keponakannya.

Ia tak mau semakin merepotkan orang tuanya. Beberapa tahun sebelum ia tinggal di gudang itu, ia tidur bersama Noviyanti di emper-emper toko. Tidur dini hari, bangun sebelum subuh beberapa tahun ia jalani.

Hingga akhirnya, mereka menemukan gudang itu. Dia mengakui ada abanyak tawaran untuk tinggal di rumah atau indekos untuk keluarganya.

Namun, ia belum bisa menerima tawaran itu. Alasannya, anak sulungnya sekolah di wilayah Kerten sedangkan lokasi yang ditawarkan jauh dari lokasi saat ini.

Load More