SuaraJawaTengah.id - Sebuah tempat makan di Purwosari, bakul tahu kupat menjadi pusat penularan virus corona di Kota Solo. Ini juga yang menyebabkan jumlah pasien corona di sana terus melonjak.
Total ada empat klaster yang menjadi pusat penularan corona. Adapun keempat klaster penularan Covid-19 di Solo yang terbaru adalah tenaga keseharan RSUD dr Moewardi, bakul tahu kupat Purwosari, Pasar Hardjodaksino, dan Penumping-Karangasem.
Berdasarkan catatan Gugus Tugas Covid-19, klaster tenaga kesehatan RSUD dr Moewardi Solo mendominasi dengan total 32 kasus Covid-19.
Sementara klaster penularan Covid-19 dari bakul tahu kupat di Purwosari, Solo, tercatat memiliki 16 kasus.
Selanjutnya empat kasus dari klaster Pasar Hardjodaksino. Serta enam kasus dari klaster Penumping-Karangasem.
Klaster bakul tahu kupat di Purwosari, Solo, patut diwaspadai lantaran kontak eratnya bukan hanya di Solo. Tetapi juga Boyolali, Sragen, hingga Karanganyar.
Berdasarkan hasil tracing, pasien Covid-19 dari klaster tahu kupat di Purwosari, Solo, itu tercatat ada sembilan orang pada Selasa (14/7/2020).
Jumlah kasus bertambah enam pada Rabu (15/7/2020) yang merupakan keluarganya di Kelurahan Purwosari. Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Siti Wahyuningsih, mengatakan angka penularan klaster tahu kupat Purwosari terbilang tinggi.
Dengan penambahan kasus dari empat klaster tersebut, hingga Rabu tercatat total kumulatif 100 pasien Covid-19 di Solo. Adapun penambahan pasien positif kemarin jumlahnya 29 orang, sehingga total kumulatif 100 pasien. Perinciannya 41 sembuh, 5 meninggal, 32 rawat inap, dan 22 kaarantina mandiri.
Baca Juga: Gara-gara Corona, Kondisi Ekonomi Global Terburuk Sejak Perang Dunia II
Melihat lonjakan kasus possitif Covid-19 di Solo, pakar epidemologi Universitas Indonesia, Pandu Riono, menyarankan pemerintah melakukan lockdown lokal. Lonjakan kasus ini kemungkinan terjadi karena masyarakat tidak disiplin menerapkan protokol pencegahan Covid-19.
Menurut Pandu Riono, tindakan yang dilakukan untuk mengatasi Pandemi Covid-19 ini harus dilakukan secara ketat.
Begitu ada satu kasus positif Covid-19 harus dilacak minimal 25 orang yang kemungkinan telah kontak langsung. Semakin banyak yang ketahuan justru menurutnya semakin baik karena penularan Covid-19 bisa dicegah.
Berita Terkait
-
Tak Gentar Dijadikan Tersangka dalam Kasus Ijazah Palsu Jokowi, Roy Suryo Senggol Gibran
-
Beda dengan Pati, PBB di Solo hampir Naik 400 Persen di Era Gibran
-
Eks Sekda: Selama di Solo Jokowi Tak Pernah Ikut Reuni UGM, Teman Kampus Juga Tak Ada
-
Eks Sekda Jokowi Akui Aneh Gibran Bisa Terpilih jadi Wali Kota Solo
-
Mengenal COVID-19 'Stratus' (XFG) yang Sudah Masuk Indonesia: Gejala dan Penularan
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Danantara dan BP BUMN Hadirkan 1.000 Relawan, Tegaskan Peran BUMN Hadir di Wilayah Terdampak
-
Turunkan Bantuan ke Sumatera, BRI Juga akan Perbaiki dan Renovasi Sekolah
-
Pertamina Patra Niaga Gelar Khitan Massal di Cilacap, Wujud Syukur HUT ke-68 Pertamina
-
5 MPV Diesel Pilihan Rp150 Jutaan yang Worth It untuk Keluarga di Akhir 2025
-
BRI Perkuat Aksi Tanggap Bencana Alam, 70 Ribu Jiwa Terdampak Beroleh Bantuan