SuaraJawaTengah.id - Kemunculan embun es atau bun upas jadi kejutan bagi wisatawan yang berkunjung ke Dieng dua hari terakhir ini. Dieng yang sempat sepi karena pandemi seketika berubah ramai seperti saat masa normal.
Bahkan, pemandangan tak biasa nampak di kawasan wisata tersebut, lantaran hamparan rerumputan di lapangan Kompleks Candi Arjuna Dieng memutih layaknya salju.
Staf Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banjarnegara Aryadi Darwanto mengatakan, suhu Dieng pada Minggu (26/7/2020) pagi mencapai minus 3,5 derajat celcius. Dengan paparan suhu dingin itu, wajar tanaman atau benda di permukaan membeku. Menurut Aryadi, embun es muncul dua hari berturut-turut di akhir pekan ini.
"Kemarin katanya lebih tebal dan sebarannya lebih luas,"katanya, Minggu (26/7)
Aryadi mengatakan, kemunculan bun upas di akhir minggu ini menarik animo banyak wisatawan. Ia menyaksikan, sekitar pukul 05.30 WIB pagi, banyak wisatawan telah berkumpul di lapangan.
Ia memperkirakan, akhir pekan depan akan kembali ramai wisatawan menyusul kabar munculnya bun upas yang biasa dinantikan. Objek wisata Dieng juga sudah dibuka, meski masih terbatas wisatawan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pembukaan objek wisata Dieng ditambah fenomena bun upas akan menarik wisatawan untuk berkunjung ke Dieng.
"Tetap ada imbauan untuk menaati protokol kesehatan,"katanya
Ini bukan kemunculan pertama bun upas di Dieng di awal kemarau tahun ini. Sepengetahuan Aryadi, tahun ini bun upas sudah muncul sekitar delapan kali.
Baca Juga: Misteri Ondo Budho Dieng, Tangga Bagi Peziarah Menuju Tempat Suci Dieng
Kali pertama muncul fenomena itu pada bulan Januari 2020 karena pengaruh anomali cuaca. Normalnya, saat puncak penghujan tidak terjadi fenomena bun upas.
Fenomena bun upas selanjutnya terjadi pada Juni dan Juli ini sekitar tujuh kali. Aryadi mengatakan, tahun lalu bun upas muncul pertama kali bulan Mei. Kemudian puncaknya di bulan Juli dan Agustus yang turun hampir tiap hari.
Tahun ini, kemunculan bun upas secara intensif agak terlambat, yakni di bulan Juli. Sehingga ia memerkirakan fenomena itu akan terjadi lebih sering di bulan Agustus dan September.
"Tahun lalu Mei muncul. Ini terlambat," katanya
Kontributor : Khoirul
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Rp80 Jutaan: Dari Si Paling Awet Sampai yang Paling Nyaman
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- Timur Kapadze Tolak Timnas Indonesia karena Komposisi Pemain
- 19 Kode Redeem FC Mobile 5 Desember 2025: Klaim Matthus 115 dan 1.000 Rank Up Gratis
Pilihan
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
Terkini
-
Gubernur Ahmad Luthfi Ajak Para Perantau Bangun Kampung Halaman
-
Geser Oleh-Oleh Jadul? Lapis Kukus Kekinian Ini Jadi Primadona Baru dari Semarang
-
10 Nasi Padang Paling Mantap di Semarang untuk Kulineran Akhir Pekan
-
BRI Peduli Salurkan 5.000 Paket Sembako bagi Masyarakat dalam Program BRI Menanam Grow & Green
-
SIG Dukung Batam Jadi Percontohan Pengembangan Fondasi Mobilitas & Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan