Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Sabtu, 15 Agustus 2020 | 12:06 WIB
Anak-anak Dukuh Girpasang, Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Klaten, mencari sinyal internet di tepi jalan kampung, Rabu (12/8/2020). [Solopos-Taufiq Sidik Prakoso]

SuaraJawaTengah.id - Revolusi digital 4.0 yang beberapa waktu lalu ramai didengungkan pejabat-pejabat di negeri ini, nampaknya hanya menjadi isapan jempol belaka bagi Purnani (12), pelajar asal Dukuh Girpasang, Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Klaten.

Setidaknya hingga kini, sejak Pandemi Corona terjadi, Purnani yang harus menjalani kegiatan belajar mengajar secara online (daring), tetap harus keluar ke kampung tetangga untuk medapatkan sinyal internet supaya bisa mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Jarak yang ditempuhnya untuk mendapatkan sinyal internet pun terbilang jauh.

Bahkan perjalanan yang harus dilaluinya terbilang jalur maut, sebab dia harus berjalan kaki naik-turun anak tangga di tepi jurang lereng Gunung Merapi.

Baca Juga: Anggarkan Rp30,5 triliun, Jokowi Mau Bangun Akses Internet di 4.000 Desa

Saban hari, Purnani melakoninya hanya agar tidak ketinggalan dengan pembelajaran yang dilakukan secara daring di sekolah barunya.

Pelajar kelas VII SMPN 2 Kemalang itu pun sebenarnya menumpang akses wifi untuk belajar di tempat warga yang masih tergolong tetangga kampungnya.

Dari fasilitas itu, dia bisa mengakses tugas yang diberikan gurunya melalui grup WhatsApp (WA).

Sebagai gambaran, Girpasang merupakan perkampungan di lereng Gunung Merapi yang terisolasi.

Kampung itu berada di punggung bukit diantara dua jurang.

Baca Juga: Curhat Murid di Grup WA Sekolah, Proses Belajar Terganggu Indihome Down

Jalan setapak terdiri dari lebih 1.000 anak tangga di tepi jurang menjadi akses utama menuju kampung Girpasang dan jalan itulah yang satu-satunya dilalui Purnani yang sejak lahir tinggal di tempat tersebut.

Load More