SuaraJawaTengah.id - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menetapkan upacara tradisi sebar "Apem Keong Mas" sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb). Tradisi tersebut sering digelar masyarakat di objek wisata Umbul Pengging Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Boyolali, Budi Prasetyaningsih mengatakan, tradisi sebar Apem Keong Mas yang digelar setiap tahun pada bulan Sapar (Kalender Jawa) tersebut ditetapkan WBTb berdasarkan hasil sidang Kemendikbud secara daring di Jakarta, pada Jumat (9/10/2020).
"Tradisi yang identik dengan prosesi arak-arakan Apem Keong Mas dari Kantor Kecamatan Banyudono, kemudian dibagikan di kawasan Masjid Ciptomulyo Pengging itu, kini sudah ditetapkan sebagai WBTb," katanya, Selasa (13/10/2020).
Menurut Budi, penetapan tersebut berdasarkan pada beberapa syarat. Yaitu tradisi dilakukan setiap tahun, menjadi ciri khas daerah setempat, dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
Upacara tradisi tersebut, awalnya untuk menolak wabah penyakit keong terhadap tanaman padi di Boyolali. Selain itu, Masyarakat juga berharap dari upacara itu bisa menjadi makmur, pertanian subur, lancar, baik, dan sejahtera.
Pada prosesi tradisi sebar Apem Keong Mas tersebut berawal arak-arakan dengan dua gunungan apem, dan biasanya dihadiri ribuan masyarakat dari berbagai daerah.
Pada acara itu, kemudian dilanjutkan doa bersama di kawasan objek Umbul Pengging kemudian apem dibagikan kepada masyarakat.
"Pada upacara tradisi sebar apem ini, berdampak perekonomian masyarakat setempat meningkat, dan pariwisata juga bergairah," katanya.
Selain tradisi sebar apem tersebut, kata dia, sebelumnya, budaya Turonggo Seto Boyolali juga ditetapkan sebagai WBTb pada 2016 oleh Kemendikbud.
Baca Juga: Peringatan Hari Batik Nasional di Rumah Batik Palbatu
Ia mengaku, pihaknya kini sedang mendaftarkan beberapa tradisi di Kabupaten Boyolali agar bisa menjadi warisan serupa seperti ritual Tungguk Tembakau di Kecamatan Selo, Kriya Tembaga di Tumang Kecamatan Cepogo, dan pakaian pengantin khas Boyolali, Wahyu Merapi Pacul Goweng.
"Ritual-ritual seperti ini, tujuannya untuk pariwisata, dan akhirnya kesejahteraan masyarakat dan kemajuan kebudayaan di Boyolali menjadi luar biasa," katanya.
Antara
Berita Terkait
-
Waduh! Nyaris Seluruh Kecematan di Boyolali Menjadi Zona Merah Covid-19
-
Mengintip Koleksi Warisan Budaya Indonesia di Museum Rautenstrauch-Joest
-
Bangga! Bahasa Melayu Pontianak Jadi Warisan Budaya Takbenda
-
Selamat! 3 Tradisi Khas Buleleng Jadi Warisan Budaya
-
Pandemi Covid-19, Tradisi Yaa Qowiyyu di Klaten tanpa Sebaran Apem
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
130 Tahun BRI, Konsisten Tumbuh Bersama Rakyat dan Perkuat Ekonomi Inklusif
-
10 Tempat Wisata di Brebes yang Cocok untuk Liburan Sekolah Akhir Tahun 2025
-
Borobudur Mawayang: Sujiwo Tejo dan Sindhunata Hidupkan Kisah Ambigu Sang Rahvana
-
5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
-
BRI Peduli Guyur Rp800 Juta, Wajah 4 Desa di Pemalang Kini Makin Ciamik