Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 23 Oktober 2020 | 17:33 WIB
Peringatan Maulid Nabi di Pondok Pesantren Syubbanul Wathon 2 Bekerja Sama Dengan Komunitas Lima Gunung (Suara.com/Angga Haksoro Ardhi).

Pada pergelaran di Pondok Syubbanul Wathon 2, Girikulo, Secang, Festival Lima Gunung mengambil tema “Pesan Desa Gunung untuk Ibu Kota”.

Para seniman menyampaikan pesan agar masyarakat kota dan para pemimpin di Ibu Kota kembali meneladani kehidupan masyarakat desa. Kearifan lokal dan cara hidup masyarakat desa terbukti berhasil mengatasi masa-masa sulit seperti saat ini.

“Pengalaman selama Covid ini yang akan saya utarakan. Selama 6 bulan ini saya banyak menemukan manajemen desa, manajemen finansial desa, cara kerja praktis desa, cara mengelola makanan desa, ternyata menginspirasi,” kata Presiden Lima Gunung, Sutanto Mendut.

Manajemen pertunjukan ala desa itu yang kemudian diadaptasi dalam penyelenggaraan Festival Lima Gunung tahun 2020. Hasilnya, Sutanto Mendut mengaku berhasil menghasilkan 38 produksi seni dan 8 seri rangkaian Festival Lima Gunung yang digelar di Wonosobo dan Magelang.

“Ilmu-ilmu yang ada sekarang diambil dari wilayah orang-orang yang tidak terkenal seperti Pak Supadi, Ki Rekso Jiwo, itu petani di sekitar Merbabu dan Merapi di sekitar Kandaan. Di Kandaan ditemukan manuskrip peradaban.”

Pidato “Pesan Desa Gunung untuk Ibu Kota” disampaikan Gus Yusuf dan Sutanto Mendut dari atas instalasi seni, berupa kursi bambu yang dibangun setinggi 2,5 meter. Di bawahnya para seniman menampilkan tarian yang bermakna doa bagi keselamatan negeri.

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

Load More