Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 03 November 2020 | 16:42 WIB
Tempat Evakuasi Akhir di Desa Mangunsari, Sawangan, Kabupaten Magelang (Suara.com/ Angga Haksoro Ardhi).

Tidak hanya mengungsikan warga, selama bencana seluruh aktivitas pemerintahan Desa Kapuhan juga dipindah sementara ke Desa Mangunsari. Hal ini memastikan warga desa terdampak bencana tetap menerima layanan kependudukan.   

“Anjuran selama Merapi menunjukan aktivitas, perangkat dilarang ke luar kota. Desa penyangga sudah menerima data calon pengungsi rentan seperti lansia, balita, ibu hamil dan penyandang disabilatas,” ujar Sebo.

Di Desa Mangunsari saat ini berdiri Tempat Evakuasi Akhir (TEA) sebagai tempat pengungsian. Gedung yang mampu menampung 200 orang pengungsi itu selesai dibangun tahun 2019.  

Mengantisipasi bencana Merapi pada masa pandemi Covid-19, penanganan pengungsi tetap mengutamakan protokol kesehatan. Daya tampung pengungsi di TEA akan dikurangi menjadi sekitar 100 orang.

Baca Juga: Kisah Bandar Judi Bertobat, Ingin Naik Haji Tahun Depan

“Kami sudah menyiapkan 4 tempat pengungsian cadangan di Darul Arqom, Balai Muslimin, aula Pondok Gontor, dan TK Pertiwi Mranggen. Semuanya bangunan tertutup karena dari pengalaman tenda pengungsian sering tidak layak huni.”

Menurut Sebo Slamet, di Kecamatan Sawangan selain di Mangunsari BPBD Magelang juga membangun tempat evakuasi di Desa Tirtosari, Podosoko, Butuh, Ketep, dan Gantang.

Berdasarkan laporan BPPTKG, hingga 2 November 2020 pukul 24.00 WIB, terjadi 24 gempa vulkanik dangkal dan 61 kali guguran material dari puncak Merapi.

BPPTKG memperkirakan potensi bahaya berupa luncuran awan panas dari runtuhan kubah lava dan jatuhan material vulkanik dari letusan eksplosif. Masyarakat juga diminta mewaspadai banjir lahar, teruma jika terjadi hujan di sekitar puncak Merapi.

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

Baca Juga: Pentas 3 Bulan, Padepokan Tjipta Boedaja Produktif di Masa Pendemi

Load More